ILMU
PERBANDINGAN AGAMA
Dosen : I Ketut Pasek Gunawan,
M.Pd.H.
AGAMA KHONGHUCU
Oleh
Kelompok 6 :
1.
Ni Made Putri Arsani (12.1.1.1.1.178
/ 17)
2.
Ni Kadek Pera Ariyantini (12.1.1.1.1.180 / 18)
3.
Dewa Gede Dwarsa Putra (12.1.1.1.1.185 / 22)
4.
I Gede Surya Marta Dinata (12.1.1.1.1.186
/ 23)
5.
Ni Nyoman Lestari (12.1.1.1.1.190 / 26)
6.
Putu Deby Widyadnyani (12.1.1.1.1.196
/ 32)
7.
Putu Evi Yuliandari (12.1.1.1.1.251
/ 36)
KELAS
B1 SEMESTER VII
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS
DHARMA ACARYA
INSTITUT
HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2015
KATA
PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji
syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan yang Maha Esa,
karena berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas Ilmu Perbandingan Agama
yang berjudul “Agama Khonghucu” ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
baik isi maupun bentuk dari tampilannya. Semua hal ini tentunya dikarenakan
oleh keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna untuk menyempurnakan tulisan
ini.
Akhir
kata, kami juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mewujudkan
tulisan ini. Kami harapkan, semoga ada manfaatnya bagi kita semua.
Om Santih,
Santih, Santih, Om
Denpasar, November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 3
1.3 Tujuan.................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 4
2.1 Agama
Khonghucu............................................................................................. 4
2.1.1
Sejarah Agama
Khonghucu....................................................................... 4
2.1.2
Sejarah Agama
Khonghucu di Indonesia.................................................. 5
2.1.3
Para Nabi dalam
Agama Khonghucu........................................................ 9
2.1.4
Nabi-nabi Besar Purba............................................................................. 11
2.1.5
Nenek Moyang Nabi Kong
Zi................................................................. 11
2.1.6
Keluarga Nabi Kongzi............................................................................. 12
2.1.7
Riwayat Singkat
Kehidupan Nabi Kong Zi............................................ 12
2.1.8
Murid-murid Nabi Kong
Zi....................................................................
14
2.2 KETUHANAN Dalam Agama
Khonghucu................................................. 14
2.2.1 Sebutan Tuhan............................................................................................ 14
2.2.2 Sifat-sifat Tian (Tuhan
Yang Maha Esa).................................................... 15
2.2.3
Kitab Suci Agama
Khonghucu................................................................ 16
2.3 Peribadahan
Dalam Agama Khonghucu........................................................ 22
2.3.1 Hari-hari Raya Keagamaan ........................................................................ 30
2.3.2 Tempat Suci dan Rumah Ibadah................................................................ 31
2.4
Dasar-dasar Ajaran Agama Khonghucu........................................................ 32
2.4.1
Sila-sila Dalam Agama Khonghucu.......................................................... 38
2.4.2 Hubungan Antara Manusia, Tian dan Alam............................................... 40
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 42
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 42
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Khonghucu (Kong
Jiao) yang dikenal di Indonesia pada saat ini, istilah aslinya disebut ‘Ru Jiao’
artinya agama dari orang-orang yang lembut hati, terbimbing dan terpelajar.
Tujuan hidup menurut Khonghucu adalah terciptanya keharmonisan dalam hubungan
antara Tian, alam semesta dan manusia (Tian, di, ren). Oleh karena itu, bagi
para penganut konghucu membina diri (xiu shen) adalah merupakan pokok yang
menjadi dasar utama bagi manusia dalam membina hubungan yang harmonis dengan
sang pencipta, yakni Tuhan Yang Maha Esa, dengan lingkungan alam sekitar, dan
juga dengan sesamanya. Oleh karena itu manusia wajib patuh dan taat pada firam
Tian (Tian Ming) yang telah dikaruniakan kepada berwujud watak sejati (Xing)
dengan menjalani hidup sesuai dengan jalan suci (Dao) sebagaimana dibimbingkan
melalui ajaran agama (Jiao) hingga dia menjadi seorang Junzi, yakni seorang
susilawan atau seorang yang berbudi luhur.
Nabi Kong Zi
bercita-cita untuk mewujudkan tercapainya kebersamaan yang agung (da tong shi
jie), yaitu suatu kondisi dimana masyarakat dapat hidup rukun, damai sejahtera,
seluruh angota masyarakat memiliki perkerjaan yang tetap, tidak ada orang-orang
yang hidupnya terlantar, adanya penegakan hukum dalam pemerintahan sehingga
para pejabat pemerintahan dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan
baik serta memberikan pelayanan dan kesejahteraan kepada seluruh rakyat.
Sebaiknya rakyat yang dipimpinnya, diharapkan mentaati hukum yang berlaku dan
memiliki loyalitas terhadap bangsa dan negaranya. Dengan demikian akan tercipta
Negara yang damai, aman dan sejahtera.
Masyarakat Indonesia
adalah merupakan masyarakat yang majemuk terdiri dari berbagai suku bangsa,
budaya, bahasa, dan agama yang berbeda-beda. Dengan kondisi dan latar belakang
tersebut, disatu pihak hal itu menjadi suatu kebanggaan bagi bangsa Indinesia
karena para pendiri bangsa ini (founding father) sejak awal kemerdekaan telah
mengusung ‘Bhineka Tunggal Ika’ sebagai komitmen bersama dalam membangun bangsa
ini yang menjadikan suatu kekuatan apabila potensi dapat diberdayakan sebagai
mana mestinya, namun disisi lain hal itu bisa menjadi potensi terjadinya
konflik antar umat beragama apabila tidak dipelihara dengan baik, hal ini tentu
saja sangat bertentangan dengan nilai-nilai dasar ajaran agama itu sendiri yang
mengajarkan tentang kedamaian semangat toleransi, saling menghormati dan
menghargai, serta tolong menolong. Oleh karena itu tidak ada satu ajaran agama
apapun yang mengajarkan tentang kekrasan dan permusuhan diantara sesama umat
manusia.
Berdasarkan
Undang-undang yang berlaku dinegara Indonesia, agama-agama yang dilindungi dan
mendapatkan bantuan dari pemerintah adalah: Islam, Kristen, Khatolik, Hindu,
Budha dan Khonghucu (Confocius). Meskipun demikian, hal ini bukan berarti
agama-agama dan kepercayaan lain yang ada dinegara ini tidak mendapatkan
perlindungan dari pemerintah, mereka tetap mendapatkan perlindungan yang sama
sebagaimana dijamin oleh Undang-undang Dasar 1945, pasal 29, ayat 1 dan 2. Jadi
dalam hal ini jelaslah bahwa tidak ada agama yang diakui atau tidak diakui oleh
pemerintah Indonesia, selain keenam agama yang mayoritas dianut oleh penduduk
Indonesia tersebut, sebenarnya masih ada agama lain dan juga kepercayaan lain
yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Merekapun mempunyai hak dan kewajiban
yang sama untuk tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan bangsa
Indonesia.
Dengan kondisi dan potensi
yang ada tersebut di atas, maka perlu adanya upaya yang harus dilakukan secara
terus-menerus baik oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama untuk
memfasilitasi adanya dialog antar tokoh agama maupun dari lembaga dan para
tokoh agama itu sendiri agar dapat memberikan pemahaman yang benar tehadap
ajaran agamanya kepada umatnya masing-masing bagaimana mereka dapat hidup
rukun, saling menghormati dan menghargai sesama umat beragama yang
berbeda-beda.
Perkembangan agama
Khonghucu di Indonesia pada tahun 1967 sampai dengan tahun 1998 pernah
mengalami tantangan dan hambatan berkaitan dengan situasi politik saat itu,
sehingga banyak diantara umat Khonghucu yang dengan terpaksa harus meningglkan
keyakinannya dan berpindah untuk memeluk keyakinan atau agama lain. Namun
setelah era reformasi yang pada awal tahun 2000, pada masa pemerintahan
Presiden Abddurachna Wahid (Gus Dur) agama Khonghucu mulai mendapatkan
perhatian dari pemerintah dan hak-hak sipil umat Khonghucu secara bertahap
mulai dipulihkan. Hal itu ditandai dengan dicabutnya berbagai peraturan
pemeritah yang menghambat perkembangan agama Khonghucu di Indonesia seperti
Inpres No.14 tahun 1967 dan peraturan pemerintah lainnya. Kebijakan pemerintah
Indonesia ini terus dilanjutkan pada masa kepemimpinan Ibu Megawati Soekaro
Putri yang menetapkan Tahun Baru Imlek sebgai hari libur nasional dan
dilanjutkan oleh bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang telah memulihkan hak-hak
sipil umat Khonghucu antara lain mengenai pencantuman agama Khonghucu pada
kolom KTP, pelayanan pencatatan perkawinan di kantor Catatan sipil dan
pendidikan agama Khonghucu disekolah-sekolah. Bahkan pada akhir masa
jabatannya, beliau menerbitkan Peraturan Presiden No.135 tahun 2014 yang
mengamanatkan supaya dibentuk Direktoral Jendral Khonghucu di Kementrian Agama
Republik Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
itu agama Khonghucu?
2. Bagaimanakah
Ketuhanan, Kitab Suci, dan Peribadahan dalam agama Khonghucu?
3. Bagaimanakah
Hari-hari raya keagamaan, tempat suci, serta rohaniawan dalam agama Khonghucu?
4. Bagaimanakah
Dasar-dasar ajaran dan Sila-sila, dalam agama Khonnghucu?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui dan memahami agama Khonghucu
2. Untuk
mengetahui Ketuhanan, Kitab Suci, dan Peribadahan dalam agama Khonghucu.
3. Untuk
mengetahui Hari-hari raya keagamaan, tempat suci, serta rohaniawan dalam agama
Khonghucu.
4. Untuk
mengetahui Dasar-dasar ajaran dan Sila-sila
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Agama Khonghucu
2.1.1.
Sejarah Agama Khonghucu
Agama Khonghucu adalah
sebutan yang lebih dikenal di Indonesia untuk menyebut agama ini, istilah
aslinya di sebut Ru Jiao atau agama Ru. Ru jiao pada mulanya muncul dan
berkembang di negeri Tiongkok (Zhongguo), oleh karena itu perkembangan Ru Jiao
tidak dapat dipisahkan dari sejarah negeri Tiongkok. Ru Jiao diartikan sebagai
agama dari orang-orang yang lembut hati yang terbimbing dan terpelajar. Dalam
sejarahnya, kaum Ru ini banyak yang menjadi pejabat pemerintah atau penasehat
kerajaan pada jaman itu di negeri Tiongkok, karena selain menguasai pengetahuan
kitab-kitab klasik, mereka juga memahami berbagai macam tata-upacara dan
peribadahan. Mereka adalah orang-orang yang tekun dalam belajar, ramah-tamah,
rendah hati, membina dirinya serta mengabdikan diri untuk kesejahteraan rakyat.
Tujuan hidupnya adalah menjadikan dirinya sebagai seorang Junzi, yaitu manusia
sejati atau orang yang saleh, bijaksana, dan hidup sesuai dengan Dao (jalan
suci) serta menjadi teladan dalam segala sifat dan perilakunya.
Ajaran suci ini telah
di kembangkan oleh raja suci Tang Yao dan Yi Shun pada abad ke 23 SM. Kemudian
di lanjutkan oleh Gao Yao, Yi, dan Da Yu pendiri dinasti Xia (2205-1766 SM).
Lima ratus tahun kemudian dilanjutkan oleh Cheng Tang, pendiri dinasti Shang
(1766-1122 SM), dan dilanjutkan oleh Zhou Gong Dan, adik dari raja Wu.
Pada jaman Chun Qiu
(722-481 SM) ketika dinasti Zhou sudah mulai melemah sehingga timbul berbagai
macam kekacauan dan peperangan, pada masa itulah lahir nabi Kong zi tepatnya
pada tanggal 27 bulan 8 Yinli tahun 551 SM. Yang diutus oleh Tian sebagai Genta
Rohani (Mu Duo) yang mencanangkan kembali jalan suci (Dao) dan menyempurnakan
Ru jiao untuk menyelamatkan umat manusia dari berbagai macam ancaman.
Misi beliau ini
kemudian dilanjutkan oleh Meng Zi (372-289 SM) yang hidup sekitar 179 tahun
kemudian setelah nabi Kong Zi wafat yaitu pada tanggal 18 bulan 2 Yinli tahun
479 SM. Maka sejarah penulisan kitab suci suci Ru jiao ini berlangsung sejak
jaman Yao dan Shun dan berakhir pada kitab Meng Zi yang disusun oleh Meng Zi
sendiri sebagai penegak Ru Jiao, karena jasanya yang sangat luar biasa untuk
mempertahankan Ru Jiao dari usaha-usaha penyelewengan pada saat itu dimana
banyak tumbuh dan berkembang berbagai macam aliran yang dikenal dengan beratus
aliran.
Dalam kata penutupnya,
Meng zi mengatakan:
1. Dari
Yao dan Shun sampai Cheng Tang kira-kira lima tahun lamanya. Orang-orang
seperti Yu dan Gao Yao masih dapat langsung mengenalnya, tetapi Cheng Tang
mengenalnya karena hanya mendengar.
2. Dari
Cheng Tang sampai raja Wen kira-kira lima tahun lamanya. Orang-orang seperti Yi
Yin dan Lai Zhu masih dapat langsung mengenalnya, tetapi raja Wen mengenalnya
hanya karena mendengar.
3. Dari
raja Wen sampai Kongzi juga kira-kira lima ratus tahun lamanya Orang-orang
seperti Tai Gong Wang dan San Yi Sheng masih dapat langsung mengenalnya, tetapi
Kongzi mengenalnya karena mendengar.
4. Dari
Kong Zi sampai sekarang, baru kira-kira seratus tahun. Kalau dilihat jarak
waktu Kong Zi meninggalkan kita belum terlalu jauh dan kediaman Kongzi juga
dekat saja, bahkan sangat dekat.
2.1.2
Sejarah Agama Khonghucu di Indonesia
1. Tiong Hoa Hwee Koan (THHK)
Keberadaan Agama
Khonghucu diIndonesia sudah ada sejak berabad-abad lamanya seiring dengan
kedatangan orang-orang Tionghoa kenusantara. Hal itu terjadi untuk pertama
kalinya pada jaman kerajaan majapahit, mereka dikirim bersama bangsa Tar-tar
yang datang untuk menghukum raja kertanegara yang merupakan raja terakhir dari
Kerajaan Singosari.
Dalam perkembangannya
mulai tahun 1890, Agama Khonghucu mulai berkembang di Indonesia. Seiring dengan
kekalahan perang negeri Tiongkok dari Jepang pada tahun 1885 yang disebabkan
olreh lemahnya keadaan politik, ekonomi dan militer pemerintahan Tiongkok. Hal
itu berakibat pada timbulnya geerakkan Reformasi yang dilakukan oleh Kang You
Wei dengan cara menghidupkan kembali ajaran Khonghucu dan disebarkan sampai ke
Asia Tenggara khususnya ke Singapura. Masyarakat penganut Khonghucu di
Singapura memiliki pengaruh besar dalam penyebaran Agama Khonghucu dikalangan
orang Tionghoa perantauan. Bahkan terasakan pula di Indonesia, pada tanggal 3
Juni tahun 1890 di jakarta berdiri sebuah organisasi Tionghoa yang diberi nama
Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) atau Zhong Hua Hui Guan yang mendapat persetujuan
dari Gubernur Jendral Hindia Belanda.
Tujuan didirikannya Organisasi THHK
tersebut antara lain:
1.
Untuk membangkitkan budaya Tionghoa yang
sesuai dengan prinsip-prinsip Ajaran Khonghucu.
2.
Untuk membangkitkan dan mengembangkan
Etika Khonghucu.
3.
Untuk meningkatkan pengetahuan bahasa
Tionghoa dan mengkaji berbaggai literatur yang berhubungan dengan ajaran
Khonghucu.
Untuk mencapai tujuan
tersebut maka didirikan lembaga Pendidikan atau sekolah sekolah yang
mengajarakan etika dan ajaran Khonghucu. Setiap tiga Tahun sekali anggota THHK
mengadakan pertemuan untuk membahas perkembangan Organisasi tersebut.
Selain itu, untuk
menyebarkan Ajaran Khonghucu dilakukan pula upaya-upaya sebagai berikut:
1.
Menterjemahkan kitab-kitab Suci Agama
Khonghucu kedalam bahasa melayu karena pada umumnya orang Tionghoa peranakan
tidak memahami bahasa Tionghoa.
2.
Mengajarkan bahasa Tionghoa dikalangan
anak-anak keturunan Tionghoa.
3.
Memberikan ceramah-ceramah yang
disampaikan kepada para penganutnya untuk menggali ajaran Khonghucu
Demikianlah asal mula
dimulainya perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia. Agama Khonghucu adalah
Agama keluarga, dimana orang tua (ayah) adalah merupakan pemimpin dalam
Keluarga yang sekaligus berperan dalam mengajarkan nilai-nilai Ajaran Khonghucu
kepada anak-anaknya seperti pelajaran Etika dan Budi Pekerti, Persembahyangan,
dan sebagainya.
2. Khong Kauw Hwee (Kong Jiao Hui)
Organisasi Khong Kauw
Hwee (Perhimpunan Agama Khonghucu) didirikan di Solo pada Thun 1918, kemudian
menyebar ke berbagai kota lain seperti Bandung, Ciamis, Bogor, Malang,
Tasikmalaya, Ciamis, dan kota-kota lainnya. Tujuan dari Khong Kauw Hwee adalah
sama, yaitu mengembangkan Agama Khonghucu di Indonesia. Pada waktu itu Khong
Kauw Hwee belum bisa berkembang dengan baik, maka para pengurusnya berusaha
untuk mengembangkan pengaruhnya melalui Organisasi Sosial, Ekonomi, dan Politik
yang berkembang dari tahun 1928 sampai 1954. Berdasarkan hal itulah, maka pada
tanggal 16 April 1955 diSolo berdiri perserikatan Kong Chiao Hui di Indonesia
disingkat PKCHI. Kemudian pada tanggal 14-16 Juli 1661 diadakan Kongres ke Enam
di Solo yang menghasilkan keputusan merubah namanya menjadi Lembaga Sang
Khongcu Indonesia (LASKI).
Selanjutnya pada
tanggal 22-23 Desember diadakan konferensi di Solo yang menghasilkan keputusan
merubah nama Laski menjadi Gapaksi (Gabungan Perkumpulan Agama Khonghucu
Indonesia). Pada tanggal 4-6 Desember 1964 dalam Kongresnya yang kelima di
Tasikmalaya, Organisasi ini kembali mengubah namanya dari Gabungan Perkumpulan
Agama Khonghucu seIndonesia menjadi Gabungan Perhimpunan Agama Khonghucu
SeIndonesia.
Tidak hanya berhenti
sampai disitu saja nama Organisasi ini kembali berubah pada saat diadakannya
Kongres GAPAKSI keEnam diSolo pada tanggal 23-27 Agustus 1967 yang menghasilkan
keputusan untuk menyempurnakan GAPAKSI atau MATAKIN ( Majelis Tinggi Agama Khonghucu
Indonesia) yang kita kenal sampai saat ini. maka tanggal 16 April 1955 telah
ditetapkan menjadi hari MATAKIN karena PKHCI adalah merupakan Organisasi cikal
bakal MATAKIN yang didirikan pada tanggal tersebut.
Meskipun telah mengalami beberapa kali
pergantian nama Organisasi keagamaan ini tidak dapat berkembangan dengan baik
setelah tahun 1966 banyak sekolah
Tionghou yang ditutup, organisasi sosial politik Tionghou dihapuskan oleh
pemerintah pada masa itu, selain itu dengan alasan itu mengasimilasikan orang
Tionghou kedalam kelompok pribumi, maka pemerintah terpaksa tidak mengakui
Khonhucu sebagai agama di Indonesia. Bahkan dalam sidang kabinetnya pada
tanggal 27 Januari 1979 pemerintah dengan tegas menyatakan bahwa “Khonghucu
bukan Agama”. Sejak saat itulah status Agama Khonghucu di Indonesia tidak
menjadi tidak jelas, sehingga menimbulkan terjadinya perpindahan para penganut
keagama yang lain meskipun hal itu dilakukan dengan terpaksa, karena pemerintah
tidak emperbolehkan pencantuman Agama Khonghucu pada kolom KTP dan umat
Khonghucu tidak dapat dilayani untuk mencatatkan perkawinannya dikantor catatan
sipil. Hak-hak sipil umat Khonghucu terbelenggu oleh adanya peraturan dan
keputusan plotik pemerintah pada saat itu.
3. Agama Khonghucu di Era Reformasi
Pada tahun 1996, dua
tahun menjelang kejatuhan pemerintahan Orde Baru yang mengekang hak-hak sipil
umat Khonghucu terjadi peristiwa bersejarah dimana pasangan Budi Wijaya dan
Lany Guito yang bertempat tinggal di Surabaya mengajukan gugatan hukum ke pengadilan
Tata Usaha Negara (PTUN) atas pernikahannya secara agama Khonghucu yang
dilaksanakan di Bun Bio (Wen Miao) pada tanggal 23 Juli 1995 tidak bisa
dicatatkan oleh Kantor Pencatatan Sipil disana.
Perkara tersebut telah
banyak mengudang perhatian media masa dan bahkan para tokoh seperti
K.H.Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Ketua PBNU dan Presiden WCRP (Word
Conference on Relligion and Peace) sangat mendukung upaya hukum tesebut, bahkan
beliau menjadi saksi ahli dalam persidangan tersebut. Gugatan tersebut akhirnya
dimenangkan oleh Mahkamah Agung pada tahun 2000.
Seiring
dengan terjadinya reformasi pada taahun 1998 di Indonesia, pengakuan terhadap
hak azasi dan pandangan terhadap agama Khonghucu mulai mengalami perubahan. Hal
ini terbukti dengan adanya dukungan dari para tokoh dan pimpinan negara
sepertiGus Dur, Amien Rais (Ketua MPR pada saat itu), Johan Effendi dan nilai-
nilai. Institute Agma Islam Negeri Jakarta pada bulan Agustus 1998 mengadakan
seminar tentang keberadaan agama Konghucu dan bahkan karya-karya tulis yang
membahas tentang agama Khonghucu mulai bermuculan.
Pada
saat menyampaikan sambutannya dalam perayaan Tahun Baru Imlek Nasional yang
Diselenggarakan di Balai Sudirman Jakarta untuk pertama kalinya pada tahun
2000, Gus Dur sebagai Presiden Republik Indonesia saat itu menyatakan, sebuah
agama dapat dikatakan agama atau tidak, bukan urusan pemerintah sebab yang
menghidupkan agama bukan jaminan pemerintah tapi hati manusia. Menurut Gus Dur,
pengakuan negara terhadap suatu agama merupakan kekeliruan. Beliau pun
menegaskan, ‘apakah Khonghucu itu agama atau filsafat hidup, adalah suatu
pernyataan yang mudah untuk dijawab. Agama, menurut Gus Dur, manakala itu
diyakini oleh pemeluk-pemelukny. Tanpa pengakuan negara, agama itu tetap hidup
karena adanya dalam hati manusia. Untuk menetapkan apakah agama itu betul-
betul agama atau bukan, bukan urusan pemerintah atau negara. Tidak hanya itu,
mengakui saja sudah merupakan suatu kekeliruan. Menurut beliau, kalau
pemerintah berbuat demikian, artinya pemerintah juga berbuat salah.”
Tidak
sampai ditu saja, bahkan Gus Dur telah mencabut Instruksi Presiden No. 14 tahun
1967 dan Surat Edaraan Menteri Dalam Negeri No.447/74054 tanggal 18 November
1978 yang selama ini telah menghambat keberadaan agama Khonghucu di Indonesia.
Sejak saat itulah pemerintah Indonesia secara bertahap mulai memulihkan hak-hak
sipil umat Khonghucu seperti pencantuman agama Khonghucu di KTP, pelayanan
pencatat Sipil, dan pendidikan agama Khonghucu bagi peserta didik yang beragama
Khonghucu.
Kebajikan
pemerintah Gus Dur kemudian dilanjutkan pula pada masa Presiden Megawati
Soekarno Putri yang menetapkan Hari Raya Tahun Baru Imlek menjadi hari libur
nasional melalui keputusan Presiden No. 19 tahun 2002, demikian pula pada masa
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pemerintahan memberikan pelayanan yang sama
terhadap umat Khonghucu melalui Bimbingan Masyarakat Khonghucu pada Pusat
Kerukunan Umat Beragama (PKUB) di bawah naungan Sekretaris Jendral Kementerian
Agama pada saat ini. Bahkan pada akhir masa kepemimpinanya, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 135 tahun 2014
tentang pembentukan Direktorat Jendral Khonghucu di Kementerian Agama Republik
Indonesia yang belum terwujud hingga saat ini.
2.1.3
Para Nabi dalam Agama Khonghucu
Agama Khonghucu
bukanlah Agama yang diciptakan oleh Nabi Kong Zi sendiri, melainkan Agama yang
diturunkan oleh Tian melalui para Nabi Purba (Sheng Huang), Raja Suci (Sheng
Huang), dan Para Nabi (sheng Ren) ribuan tahun sebelum kelahiran Nabi Kong Zi.
Seperti yang beliau katakan:
“Aku hanya meneruskan, tidak
mencipta. Aku sangat menaruh percaya dan suka kepada (ajaran dan kitab-kitab)
Yang kuno itu”
Zi
yue shu er bu zuo xin er hao
Dengan demikian,
jelaslah bahwa Nabi Kong Zi bukanlah sebagai pencipta Agama Konghucu, beliau adalah
sebagai penerus (shu er) dan penyempurna dari ajaran suci yang sudah ada dan
dirintis sejak ribuan tahun sebelumnya oleh para nabi suci purba (Sheng huang)
Penyebutan agama
Khonghucu sebenarnya kurang begitu tepat, hal ini terjadi karena pengaruh dari
para cendikiawan barat yang menterjemahkan Ru Jiao sebagai Confucianism dan
menyebut nabi Kongzi yang sangat besar dalam perkembangan agama ini. Meskipun
beliau bukan sebagai pencipta Ru Jiao, namun pengarunya dalam menggenapkan dan
menyempurnakan Ru Jiao sebagai Genta Rohani Tian (tian zhi mu duo) sangatlah
besar, karena Tian telah mengetusnya sebagai Genta Rohani (Tian jiang yi fu zi
wei mu duo)
Seperti dijelaskan
diatas, dalam agama Khonghucu kita mengenal adannya para tokoh perintis Ru
Jiao, yang terdiri dari para nabi purba (Sheng huang), raja suci (Sheng wang),
dan para nabi (Sheng ren). Berikut iiini adalah nama para nabi yang dikenal
dalam agama Khonghucu:
1.
Tiga
nabi purba (san huang), yaitu:
1)
(fu xi) ; 2) (shen nong) ; 3) (huang di)
Pada masa ini berkaitan dengan turunnya
wahyu Tian yang menunjukkan iman akan adanya Tiga Hakikat (san cai), yakni
(tian), (di),(ren)
4) (tang yao) dan 5(yu shun), kedua raja
ini adalah merupakan peletak dasar dari Ru Jiao. Dari (yao) umat Ru mengenal
iman akan (zhong) Satya kepada Tian (zhong yu tian) dan dari umat Ru mengenal
iman akan (shu) Tepasalira kepada sesama (shu yu ren)
Kelima nabi purba tersebut diatas
dikenal sebagai (wu di) atau lima kaisar.
2. Raja Suci (sheng wang)
Ketiga raja suuci berikut ini dikenal
dengan (san wang) yakni:
1) (da yu); 2) (cheng tang );3) (wu
wang)
3. Tiga Dinasti: (xia)-(shang)-(zhou)
;
Kepemimpinan tiga dinasti ini (berikut
para pembantunya) telah menunjukkan keteladanan para nabi bagaimana hidup
sebagai umat Ru yang berperilaku (jun zi)
4. (da cheng zhi sheng kong zi);
Nabi Kongzi adalah nabi besar, lengkap
dan sempurna yang menggenapkan jajaran nabi dalam Ru Jiao sebagai (tian zhi mu
duo) – Genta Rohani Tian. Selain nobi Kongzi, kita mengenal pula beberapa nama
seperti Bo Yi sebagai nabi kesucian, Yi Yin sebagai nabi kewajiban, Liu Xia Hui
ialah nabi Keharmonisan dan Kong Zi adalah nabi bagi segala masa. Maka Kong Zi
dinamakan yang lengkap besar dan sempurna. Sejak adanya manusia belum ada yang
seperti Kong Zi.
5. (Ya
Sheng Meng Zi)
Mengzi adalah sebagai penegak Ru Jiao,
yang menegaskan serta menyesatkan oleh beratus aliran.
2.1.4
Nabi-nabi
Besar Purba
1. Gao
Yao, hidup pada jaman raja Yao dan Shun, abad 29 s.M.
2. I,
hidup pada jaman raja Yi Agung pendiri dinasti Xia, tahun 2205-1766 s.M
3. Yi
Yin, hidup pada jaman Cheng Tang pendiri dinasti Shang/Yin, tahun 1766-1122 s.M
4. Ji
Zhang atau raja Wen, ayah dari raja Wu pendiri dinasti Zhou, tahun 1122-255 s.M
5. Zhou
Gong Dan, putera dari raja Wen
6. Bo
Yi da Shu Qi, hidup pada akhir dinasti Shang
2.1.5
Nenek Moyang Nabi Kong Zi
Nenek moyang nabi Kong
ZI yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
1.
Huang Di (2698 – 2598 SM), seorang raja
purba yang besar jasanya dalam pembinaan peradaban dan kebudayaan.
2.
Xie, seorang mentri pendidikan pada
jaman raja suci Yao (2357 – 2255 SM) dan raja Shun (2255 – 2205 SM).
3.
Cheng Tang sebagai pendiri dinasti
Shang.
4.
Wei Zi Qi, kakak tertua raja Zhou (Zhou
Wang) yang merupakan raja terakhir dari dinasti Shang. Setelah dinasti Shang
hancur, Wei Zi Qi diangkat menjadi raja muda yang pertama dinegeri Song. Oleh
karena ia tidak mempunyai anak maka adiknya yang bernama Wei Zhong diangkat
sebagai penerusnya. Wei Zhong inilah yang menurunkan para raja muda dinegeri
Song.
5.
Kong Fu Jia seorang bangsawan negeri
Song keturunan dari Wei Zhong yang pertama kali mengguanakan nama keluarga
(marga) Kong sedangkan nenek Kong Bo Xia mempunyai seorang anak yang bernama
Kong Shu Liang He. Moyangnya menggunakan nama keluarga Zi.
6.
Kong Shu Liang He seorang bangsawan
keturunan Kong Fu Jia yang pindah dari negeri Lu karena kekalutan politik yang
terjadi di negeri Song. Beliau adalah yang kemudian menjadi ayah dari Nabi Kong
Zi.
2.1.6
Keluarga Nabi Kongzi
Nabi Kong Zi adalah
putera bungsu dari Kong Shu Liang He. Ibunya bernama Yan Zhen Zai. Beliau
mempunyai sembilan orang kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki, namun
sayang kakak laki-lakinya yang bernama Meng Pi ini menderita cacat kakinya.
Nabi Kong Zi lahir pada tanggal 27 bulan 8 Yinli bertepatan dengan tahun 551 SM
di negeri Lu kota Zou Yi desa Chang Ping di lembah Kong Sang. Gua tempat
kelahiran Nabi Kong Zi dikenal dengan Kong Zi Dong saat ini terletak di
provinsi Shandong kota Qufu Zhongguo. Nama kecil nabi Kong Zi ialah Qiu artinya
bukit alias Zhong Ni yang berarti putera kedua dari bukit Ni (Ni Shan). Orang
kemudian menyebutnya Kong Fu Zi artinya Maha Guru Kong.
Beliau menikah dengan
seorang peteri yang berasal dari negeri Song bernama Qi Guan. Dari hasil
pernikahannya itu beliau telah dikaruniai seorang putera bernama Li alias Bo
Yu. Pemberian nama tersebut karena pada saat kelahiran putera beliau telah
diantarkan hadiah berupa seekor ikan carf (sejenis ikan gurami) oleh raja muda
Lu Zhao Gong. Selai memiliki seorang putera Nabi Kong Zi juga mempunyai dua
orang puteri.
2.1.7
Riwayat Singkat Kehidupan Nabi Kong Zi
1.
Pada waktu berusia 3 tahun ayahnya wafat
2.
Pada waktu berusia 6 tahun beliau telah
menunjukkan sifat kenabian, ia suka mengajak teman-temannya untuk bermain dan
meniru seolah-olah sedang melakukan upacara sembahyang.
3.
Pada waktu berusia 15 tahun beliau sudah
memiliki semangat belajar yang sangat luar biasa.
4.
Pada waktu berusia 19 tahun beliau
menikah dengan seorang gadis bernama Ji Guan Shi (baca ci kuan se) atau dikenal
dengan nama lain Qian Guan Shi (baca cien kuan se) seorang keturunan bangsawan
yang berasal dari negeri Song.
5.
Pada waktu berusia 20 tahun beliau telah
diangkat menjadi pejabat pemerintahan yang menangani lumbung pertanaian.
6.
Pada waktu berusia 21 tahun beliau
dikaruniai seorang putera yang diberi nama Li alias Bo Yu.
7.
Pada waktu berusia 24 tahun ibunya Yan
Zheng Zai wafat. Beliau berkabung selama tiga tahun. Jenazah kedua orang tuanya
dimakamkan di gunung Huang (Fang Shan). Setelah selesai masa berkabung, beliau
mulai mengajar dan menerima murid.
8.
Pada waktu berusia 29 tahun beliau
belajar musik kepada seorang guru musik yang terkenal bernama Si Xiang.
9.
Pada waktu berusia 30 tahun dengan
bantuan dua orang muridnya yang bernama Nan Gong Jing Shu dan Meng Yi Zi,
beliau pergi ke negeri Zhou untuk mempelajari Kitab Catatan Kesusilaan (Li Ji)
dan peradaban dinasti Zhou. Disana beliau bertemu dengan penjaga perpustakaan
kerajaan yang bernama Lao dan atau Lao Zi dan guru musik bernama Chang Hong.
10.
Pada waktu berusia 35 tahun beliau pergi
ke negeri Qi karena di negeri Lu terjadi kekacauan dan raja muda Lu Zhao Gong
melarikan diri ke negeri Qi. Pada waktu itu negeri Qi diperintah oleh raja muda
Qi Jing Gong dengan perdana menterinya bernama Yan Ying atau Yan Ping Zhong
yang sangat terkenal karena kepandaiannya.
11.
Pada waktu berusia 36 tahun beliau
kembali ke negeri Lu dan mendidik murid-muridnya.
12.
Sejak usia 51 tahun sampai 55 tahun
beliau aktif dalam pemerintahan dan memangku jabatan di negeri Lu, Jabatan yang
pernah di negeri Lu. Jabatan yang pernah didudukinya adalah sebagai walikota
daerah Zhong Du, Menteri Pekerjaan Umum. Jabatan tertinggi dan terakhir adalah
sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Kehakiman.
13.
Pada waktu berusia 56 tahun beliau
meninggalkan negeri Lu dan memulai pengembaraannya ke berbagai negeri selama 13
tahun sebagai Tian Zhi Mu Duo (Genta Rohani Tian) karena beliau merasa kecewa
terhadap raja muda negeri Lu sudah tidak mau mendengarkan lagi nasihat beliau
dalam mengurus pemerintahan dan rakyatnya.
14.
Pada tahun 483 SM putera beliau yang
bernama Li meninggal dunia.
15.
Pada tahun 482 SM Yan Hui alias Yan Yuan
murid terpandai dan di harapkan menjadi penerus beliau meninggal dunia.
16.
Pada tahun 481 SM seorang pegawai Ji
Kengzi telah membunuh Qilin seekor hewan suci dalam pemburuan bersama raja muda
Ai.
17.
Pada akhir tahun 480 SM Zi Lu alias
Zhong You seorang murid yang gagah perkasa dan berani telah gugur dalam
peristiwa pemberontakan yang terjadi di negeri Wel.
18.
Pada tanggal 18 bulan 2 Yin Li
bertepatan dengan tahun 479 SM nabi Kong Zi wafat dalam usia 72 tahun.
19.
Para raja muda yang memerintah di negeri
Lu semasa kehidupan beliau adalah : Lu Xiang Gong, Lu Zhao Gong, Lu Ding Gong, Lu
Ai Gong.
2.1.8
Murid-murid Nabi Kong Zi
Murid nabi Kong Zi
seluruhnya berjumlah sekitar 3000 orang diantaranya ada 72 orang murid yang
menguasai ajaran beliau. Murid dari angkatan tua yang terkenal adalah: Zi Lu,
Zi Gong, Yan Hui, Ran Qiu dan dari angakatan muda adalah: Zheng Zi, Zi Xia, dan
Zhi Zhang.
2.2
KETUHANAN dalam Agama Khonghucu
2.2.1
Sebutan Tuhan
Sebutan Tuhan dalam
agama Khonghucu pada umumnya disebut dengan Tian artinya Tuhan Yang Maha Esa,
Yang Maha Besar atau sering di sebut juga Shang Di artinya Tuhan yang Maha
Tinggi.
Adapun
sifat-sifat Tuhan dalam Agama Khonghucu adalah:
1.
Maha Sempurna, Khalik/pencipta, yang
menjadi awal dari alam semesta (Yuan).
2.
Maha meliputi, menjalin, menembusi
dimanapun (Heng).
3.
Maha pemurah, yang menurunkan berkah dan
rahmat, yang menjadikan orang menuai hasil dari perbuatannya (Li)
4.
Maha kokoh, yang mempunyai hukum kekal
dan abadi (Zhen)
5.
Maha Roh, dilihat tiadak nampak,
didengar tiada terdengar namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia.
6.
Adapun kenyataan Tuhan itu boleh
diperkirakan, lebih-lebih tidak dapat ditetapkan.
7.
Sungguh Maha Besar Dia, sehingga
terasakan di atas dan di kanan-kiri kita.
8.
Tuhan Yang Maha Tinggi (Shang Di) dan
pendukung semuanya itu tiada bersuara dan tiada bersuara dan tiada berbau.
Demikianlah ke Maha SempurnaanNya.
9.
Tuhan menjadikan segenap wujud
masing-masing selalu dibantu sesuai dengan sifatnya. Kepada yang bersemi akan
dibantu tumbuh, dan kepada yang condong akan dibantu roboh.
2.2.2
Sifat-sifat Tian (Tuhan Yang Maha Esa)
Kehidupan
di alam semesta ini tidak terpisahkan dari konsep Sancai, yakni adanya Tian
(Tuhan Yang Maha Esa) Di ( baca Ti) atau alam semesta termasuk didalamnya bumi,
dan ren atau manusia dan segenap makhluk hidup lainnya seperti hewan dan
tumbuhan. Tian merupakan asal mula dan akhir dari segala sesuatu yang ada di
dunia ini. Di dan Ren adalah merupakan hasil ciptaan Tian.
Tian sebagai sang pencipta segala
sesuatu di dunia ini mempunyai empat sifat seperti tersurat dalam kitab Yi Jing
yaitu: 1) Yuan (baca yuen), 2) Heng, 3) Li, 4) Zhen (baca cen). Dengan keempat
sifat tersebut Tian dapat menciptakan segala sesuatu di dunia ini.
Benih-benih kebajikan yang terkandung di
dalam Watak Sejati (Xing) manusia berasal dari ke empat sifat Tian tersebut,
yakni 1) Cinta Kasih (ren), 2) Kebenaran (yi), 3) Kesusilaan (li). 4)
Kebijaksanaan (zhi).
Berikut ini adalah penjelasan dari ke empat
sifat Tian tersebut di atas:
1.
Sifat Yuan
Yuan
artinya Mahabesar, Mahamulia, Maha Esa, Maha sempurna. Sifat: Khalik
(Pencipta). Sifat Tian yang Mahabesar atau Mahaagung dilambangkan dengan huruf
Tian yang terdiri dari dua karakter yaitu Yi artinya satu dan da baca,ta
artinya mahabesar atau mahaagung. Jadi Tian mengandung makna satu yang
Mahaagung, yang Mahaesa, Mahasempurna.
Yuan
sebagai sifat Tian mewujud di dalam diri manusia menjadi sifat Cinta Kasih
(ren). Sikap suka menolong kepada sesama adalah merupakan contoh dari perbuatan
yang sesuai dengan Cinta Kasih yang ada dalam diri manusia.
2.
Sifat Heng
Heng
artinya Maha menembusi, maha menjalin, maha meliputi. Sifat: Agung
Segala perbuatan yang kita lakukan di
dunia ini, Tian akan mengetahuinya. Oleh karena itu kita harus senantiasa
mematuhi perintahNya. Patuh dan hormat kepada Tian, maka laksanakanlah
FirmanNya. Sifat Heng ini di dalam diri manusia menjadi sifat Keusilaan (li)
yang menjadikan manusia memiliki rasa tahu malu, sopan dan santu, patuh dan
taat terhadap peraturan.
3.
Sifat Li
Li
artinya Maha pemberkah, maha pengasih. Tian akan memberkahi kebahagiaan bagi
barang siapa yang berbuat kebajikan, dan Tian akan menurunkan bencana atau
hukuman bagi barang siapa yang berbuat hal-hal yang tidak baik. Sifat: Rahmat.
Sifat Li ini di dalam diri manusia
menjadi sifat Kebenaran (Yi) sehingga manusia tahu mana perbuatan yang benar
dan mana perbuatan yang salah.
4.
Sifat Zhen
Zhen artinya Mahabenar,
Maha abadi hukumNya, Mahabijak, Sifat: Kekal.
Sifat Zhen (baca cen) di dalam diri
manusia menjadi sifat Bijaksana (zhi baca ce) sehingga manusia dapat berlaku
adil dan tidak menyebelah dalam mengambil suatu keputusan.
2.2.3
Kitab Suci Agama Khonghucu
Kitab
Suci agama Khonghucu terdiri dari dua bagian yang dikenal dengan Shi Shu (kitab
yang empat) dan wu jing (kitab yang lima). Kitab Si Shu adalah kitab yang pokok
karena bersumber dari ajaran nabi Kongzi, sedangkan kitab Wu Jing adalah kitab
yang mendasar karena merupakan warisan dan ajaran dari para nabi purba dan raja
suci sebelum nabi kongzi. Namun nabi Kongzi memiliki peran yang sangat penting
dalam penyusunan kitab Wu Jing tersebut, yang dikenal sebagai Kitab Klasik.
1. Si
Shu (Kitab Yang empat) terdiri dari :
a.
Da Xue (Ajaran besar) berisi tuntunan
pembinaan diri, ditulis oleh Zheng ZI, murid nabi Kong Zi.
b.
Zhong Yong (Tengah Sempurna) berisi
ajaran keimanan yang ditulis oleh Zi Si, cucu nabi Kong Zi
c.
Lun Yu (Sabda Suci) berisi kumpulan
berbagai ajaran nabi, percakapan nabi bersama para muridnya dan kehidupan nabi
sehari-hari.
d.
Meng Zi. Berisi ajaran yang ditulis oleh
Meng Zi seorang penganut nabi Kong Zi, hidup pada tahun 372 – 289 SM, yang
menjelaskan dan menerangkan ajaran nabi Kong Zi.
2. Wu
Jing (Kitab Yang Lima) terdiri dari :
a.
Shi Jing (Kitab Sanjak) berisi kumpulan
sanjak atau teks nyanyian purba (abad ke 16 sampai dengan abad ke 7 Sebelum
Masehi)
b.
Shu Jing (Kitab Hikayat atau dokumentasi
sejarah) berisi teks sabda-sabda, peraturan, nasehat, maklumat para raja suci
purba (abad 23 sampai dengan 7 SM). Dimulai dari zaman raja yao sampai kepada
raja muda Qin Mu Gong.
c.
Yi Jing (Kitab perubahan atau kejadian
dan peristiwa alam semesta), wahyu yang diturunkan kepada raja suci Wen (abad
12 SM)
d.
Li Jing (kitab catatan kesusilaan)
berisi berbagai peraturan tentang kesusilaan, peribadahan, pemerintahan, dan
lain-lain. Kitab ini sebenarnya terdiri dari tiga kitab yakni :
a. Zhou
Li (kesusilaan dinasti Zhou)
b. Yi
Lee (Peribadahan dan Kesusilaan)
c. Li
Ji (Catatan Kesusilaan)
e.
Chun Qiu Jing (catatan sejarah zaman
Chun Chiu) dimulai dari tahun 722 sampai 481 SM. Kitab ini ditulis oleh nabi Kong
Zi sendiri untuk menilai berbagai peristiwa yang terjadi pada zaman itu. Guan
Ti (Guan Gong) selalu membawa dan membaca kitab ini.
Dalam agama Khonghucu,
selain diajarkan berbagai macam ajaran yang berkaitan dengan ketuhanan dan
kehidupan manusia di dunia ini , juga mengajarkan tentang tata upacara
persembahyangan dan tata ibadah lainnya, upacara persembahyangan dalam agama
Khonghucu dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni :
1.
Sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa
(Tian)
2.
Sembahyang kepada Nabi Kong Zi dan para
roh suci (Shen Ming )
3.
Sembahyang kepada leluhur (Zhong) yang
telah meninggal dunia.
Ru jiao Jing Shu atau
Kitab Suci Agama Konghucu itu mempunyai masa-masa perkembangan yang sangat
panjang sebelum mencapai bentuknya yang sekarang; yakni , kalau kita mulai dari
jaman Raja Suci Tong Giau/Tang Yao naik tahta (2357 M.M ) sampai dengan wafat
Mengzi (289 S.M) meliputi masa 2068 tahun maka Kitab Suci Koonfusiani dapat
dibagi menjadi 2 Kelompok: Wu Jing
(Kitab Suci Yang Lima) dan Si Shu (Kitab Suci yang Empat) Wu Jing
merupakan Kumpilan Kitab yang berasal dari para Raja Suci dan Nabi Purba.
Sedangkan Si Shu merupakan Kitab Suci yang berasal dari Nabi Kong Zi sampai
Meng Zi.
Kitab
Si Shu terdiri atas Kitab Ajaran Besar (Da Xue). Kitab Tengah Sempurna (Zhong
Yong), Kitab Sabda Suci (Lun Yu),, dan Kitab Meng Zi (Mencius). Sebelum
bangkitnnya kaum Dao Xue Jia (Kaum yang Menuntut Jalan Suci) atau oleh para
sarjana Barat disebut kaum Neo-Confucianis, belum ada sebutan Si Shu atau Kitab
Yang Empat, karena Kitab Lun Yu dan Meng Zi adalah Kitab Suci Kongfusianis yang
berdiri sendiri di samping Kitab Wu Jing. Kaum Dao Xue memandang begitu
pentingnya kedua kitab itu, mereka juga melihat ada dua kitab pendek di dalam
Li Ji, bab 28 Zhong Yong dan Bab 39 Da Xue yang tidak boleh tidak dipahami dan diimani
oleh umat Konfusiani. Berdasarkan pertimbangan –pertimbangan yang telah
diungkapkan ttokoh-tokoh besar Dao Xue Jia sebelumnya, maka Zhu Xi (1130-1200
M.) telah menyatakan keempat Kitab itu menjadi satu Kitab Suci: Si Shu
1.
Kitab Ajaran Besar atau Da Xue, Kitab
ini di tulis oleh Zengzi atau Zeng Can, salah seorang murid Nabi dan angkatan
muda yang sangat maju, sehingga Nabi menaruh kepercayaan Zeng Zi sebagai penerusnya setelah Yan Hui wafat.
Nabi KongZi pernah bersabda pkepada Zeng Zi, “Can ketahuilah Jalan Suciku satu
satu, tetapi menebusi semuanya. “Zeng Zi menjawab, “Ya Guru tidak lebih tidak
kurang ialah Satya dan Tepasalira.” (Sabda Suci IV:15). Da Xue merupakan Kitab
Tutunan pembinaan diri; dari pembinaan bathin yang terdalamm dan terlembut, dan
mengimankan tekad, meluruskann hati, sampai kepada pembinaan diri, keluarga,
masyarakat, negara, dan didunia.
2.
Kitab Tengah Sempurna atau Zhong Yong,
Kitab ini dibukukan oleh Zi Si atau Kong Kiep/Kong Ji yang merupakan cucu Nabi
Kong Zi (puteri Kong Li dan murid Zengzi. Kitab Zhong Yong mempunyai sejarah
sejajar dengan kitab Da Xue. Keduanya (Da Xue dan Zhong Yong) diangkat dari
Kitab Li Ji oleh tokoh-tokoh gerakan Dao Xue Jia. Kalau Da Xue merupakan Kitab
tuntunan pembinaan diri, Zhong Yong merupakan Kitab Keimanan umat Konfusiani.
Kitab Zhong Yong juga didahului kata pengantar Zhi Xi yang ambil dari pandangan
Zhengzi; antara lain diungkapkan bahwa, “yang tidak menyeleweng itulah yang
dinamai Tengah (Zhong), yang tidak luntur/berubah itulah dinamai Sempurna (Yong).
Zhong itulah jalan Lurusnya dunia, dan Yong itulah hukum pastinya dunia.” Tegasnya Litab Zhong Yong memberi kita
tuntunankeimanan; bagaimana kita dapat beriman dan melaksanakan ajaran keimanan
itu benar-benar Zhong (Tengah/Tepat) dan Yong (Sempurna/Wajar), tidak
menyeleweng dan tidak luntur, tidak kurang dan tidak melapaui, dapat mendekap
teguh-teguh dan mengembangkan Kebajikan sebagai mustika yang terindah didalam
hidup. Ajaran suci yang dibawakan itu sudah tercakup didalam bab utama dan
terutama ayat I: “Firman Tian Tuhan Yang Maha Esa, itulah dinamai Watak Sejati
(Xing). Hidup mengikuti Watak Sejati itula dinamai menempuh Jalan Suci (Dao).
Bimbingan menempuh Jalan Suci itulah dinamai Agama (Jiao).” Sunggu Ayat ini
mengandung pengertian yang sangat padat, yang hampir mencangkup seluruh ajaran
keimanan didalam Agama Konghucu.
3.
Kitab Sabda Suci atau Lun Yu. Kitab ini
berisi Sabda-sabda Nabi Kongzi, percakapan Nabi dengan murid- murid dan orang
jaman itu.
Khusus bab X membicarakan
perkehidupan sehari-hari Nabi Kongzi, kitab ini tidak disusun secara sistematis
membicarakan suatu masalah, melainkan merupakan kumpulan catatan yang ditulis
murid dan cucu murid Nabi. Kitab ini seluruhnya terdiri dari 20 Jilid/Bab. Menurut
Cheng Ming dao (Cheng Hao), kitab ini ditulis oleh murid- murid You-zi dan
Zengzi dengan bukti bahwa kepada kedua tokoh itu mendapatkan sebutan berbeda
dengan murid- murid yang lain, seperti Zi Gong, ZiLU, Zi Zhang, Zi Xia, dan
lain-lain. Kitab ini meskipun tidak tebal, tetapi isinya telah mencangkup
hampir seluruh aspek ajaran yang diberikan Nabi Kongzi.
Berdasarkan masalahnya,
Kitab ini memuat hal-hal yang menyangkut pembinaan iman dan pribadi bagaimana
menjadi manusia mahluk ciptaan Tuhan yang berbudi ini sebaik-baiknya;bagaimana
wajib beriman kepada Tian dan menjunjung/ menggemilangkan kebajikan,bagaimana
membina diri menjadi instan yang Satya dan dapat dipercaya, Susila, menjunjung
Kebenaran/ keadilan Kewajiban, Suci Hati dan Tahu Malu, memiliki Kesejukan dan
Hormat dalam ibadah dan pergaulan. Sederhana dan suka mengalah, senantiasa
memperbaiki kesalahan menengakkan pahala/jasa, dekat kepada yang bijak membenci
kepalsuan atau kemunafikkan, mengenal dan memahami orang lain, menolong orang
lai/ menjaga/melindungi diri, bahagia didalam jalan Suci, sungguh- sungguh/
serius melaksanakan pekerjaan, hidup sebagai seorang Susilawan dan seterusnya.
4.
Kitab Mengzi atau Mencius. Kitab ini
berisi percakapan- percakapan Mengzi (Meng Ke) dengan raja- raja jaman itu dan
dengan tokoh- tokoh berbagai aliran yang ada pada waktu itu, seperti aliran
Yangzhu, Mozi, juga dengan tokoh- tokoh pemikir lain seperti Kocu/Gaozi dan
sebaginya. Raja- raja yang pernah berdialong dengan Mengzi antara lain:Cee Swan
Ong/Qi Xuan Wang, Liang Hui, Liang Xiang Wang, Lu Mu Goang, Zheng Wen Gong, dan
lain- lain. Xiang dalam percakapan – percakapan Mengzi itu senantiasa kita
lihat semangat Mengzi untuk mengembangkan Jalan Suci (Dao De) dan Kebajikan,
mengungkapkan Cinta Kasih dan Kebenaran (Ren Yi). Mengzi mengajak dunia
menyelamatkan rakyat, menentang peperangan, membenci pembunuhan- pembunuhan,
memberi bobot berat kepada Kebenaran dan bobot ringan kepada keuntungan,
menganjak para pemimpin memuliakan
kedudukan rakyat, mau bersuka – duka bersama rakyat, pemerintah wajib didasari
Cinta Kasih, yang melindungi rakyat dialah raja, sebaliknya yang sewenang-
wenang kepada rakyat akan binasa. Mengzi mengajak manusia meluruskan hati
menjunjung kelurusan, menghindari perbuatan sesat, menjaga hati, merawat Watak
Sejati sebagai dasar
Isi Kitab
1.
Da Xue (Ajaran Besar)
Bab I menjelaskan tentang kebajikan yang
bercahaya, Bab II menjelaskan tentang Menjadi Rakyat Baru, Bab III Puncak
Kebaikan, Bab IV menjelaskan tentang Pangkal dan Ujung, Bab V menjelaskan
tentang Meneliti Hakekat Tiap Perkara, Bab VI Mengimankan Tekad, Bab VII
menjelaskan tentang Meluruskan Hati Membina Diri, Bab VIII menjelaskan tentang
Membina Diri Membereskan Rumah tanggga, Bab IX menjelaskan tentang Membereskan
Rumah Tanggga Mengatur Negara, Bab X menjelaskan tentang teratur Negara Damai
Dunia.
2.
Zhong Yong ( Tengah Sempurna)
Bab I menjelaskan tentang
Susilawan/Jungzi, Bab II menjelaskan tentang Jarng Yang Tengah Sempurna, Bab
III menjelaskan tentang Yang Kurang yang Melampaui, Bab IV menjelaskan tentang
Keprihatinan Nabi, Bab V menjelaskan tentang Suka Bertanya Dan Meneliti, Bab VI
menjelaskan tentang Jangan berbangga pandai, Bab VII menjelaskan tentang
Mendekap Tengah sempurna, Bab VIII menjelaskan tentang Sulitnya tengah
Sempurna, Bab IX menjelaskan tentang Keperwiraan, Bab X menjelaskan tentang
Yang Wajar dan Tekun, Bab XI menjelaskan tentang Luasnya Jalan Suci, Bab XII
menjelaskan tentang Jalan Suci itu Satya dan Tepasarira, Bab XIII menjelaskan tentang Berperilaku Tepat,
Bab XIV menjelaskan tentang Setapak demi setapak, Bab XV menjelaskan tentang
yang Maha Rokh, Bab XVI menjelaskan tentang Laku Bhakti yang Besar, Bab XVII
menjelaskan tentang Yang Berpenerus, Bab XVIII menjelaskan tentang Sempurnanya
Bhakti , Bab XIX menjelaskan tentang Jalan Suci dan pemerintahan, Bab XX
menjelaskan tentang Iman dan Sadar, Bab XXI menjelaskan tentang Yang mencapai
Puncak Iman, Bab XXII menjelaskan tentang Yang Tingkat Kedua, Bab XXIII
menjelaskan tentang Tanda-tanda Ajaib, Bab XXIV menjelaskan tentang Iman dan
jalan suci, Bab XXV menjelaskan tentang Keabadian, Bab XXVI menjelaskan tentang
Jalan Suci Nabi, Bab XXVII menjelaskan tentang Menepati Kedudukan , Bab XXVIII
menjelaskan tentang Hukum Yang di Dalam Jalan Suci, Bab XXIX menjelaskan
tentang Nabi Penerus dan Penyempurna, Bab XXX menjelaskan tentang Nabi Bagi
Semua, Bab XXXI menjelaskan tentang Sandaran yang Teguh, Bab XXXII menjelaskan
tentang Maha Sempurna Tian.
3.
Lun Yu (Sabda Suci)
Jilid I Xue Er (Belajar), Jilid II Wei
Zheng (Pemerintahan), Jilid III Ba Yi (Tarian), Jilid IV Li Ren ( Cinta Kasih),
Jilid V Gong Ye Chang (nama), Jilid VI Yong Ye (nama), Jilid VII Shu Er
(penerus), Jilid VIII TAI Bio (nama), Jilid IX Zi Han (Jarang), Jilid X Xiang
Dang(Kampung) , Jilid XI Xiang Jin ( Yang Maju), Jilid XII Yan Yuan (nama),
Jilid XIII Zi Lu (nama), Jilid XIV Xian Wen (Bertanya), Jilid XV Wei Ling Gong
(Nama), Jilid XVI Ji Shi (nama), Jilid XVII Yang Huo (nama), Jilid XVIII Wei Zi
(nama), Jilid XIX Zi Zhang (nama), Jilid XX Yao Yue (berkata)
4.
Meng Zi
Jilid I A LIANG HIU WANG (nama)
Jilid I B LIANG HIU WANG (nama)
Jilid II A GONG SUN CHOU (nama)
Jilid II B GONG SUN CHOU (nama)
Jilid III A TENG WEN (nama)
Jilid III B GONG SUN CHOU (nama)
Jilid IV A LI LOU(nama)
Jilid IV B LI LOU (nama)
Jilid V A WAN ZHANG (nama)
Jilid V B WAN ZHANG (nama)
Jilid VI A GAO ZI (nama)
Jilid VI B GAO ZI (nama)
Jilid VII A JIN XIN ( Menyelami hati)
Jilid VII B JIN XIN (nama)
2.3
Peribadahan Dalam Agama Khonghucu
1.
Sembahyang
Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Sembahyang syukur
kepada Tian disebut Thiam Hio (dian xiang) dilakukan setiap pagi, sore, dan
malam hari. Selain itu juga dilakukan setiap tanggal 1 dan 12 Yinii. Hal ini
dilakukan dengan cara menyalakan dupa atau gaharu (xiang/hio) berwarna merah
sebanyak tiga batang. Sembahyang dilakukan dengan cara menghadap ke arah pintu
luar rumah, dupa yang sudah disulut atau dinyalakan dinaikkan sampai di atas
dahi sebanyak tiga kali. Dengan mengucapkan kata-kata berikut:
1.
Penaikan dupa yang pertama: Kehadirat
Tian Yang Maha Agung di tempat Yang Maha Mulia Dipermuliakan (dupa diturunkan).
2.
Penaikan dupa yang kedua: Kehadapan Nabi
Agung Kong Zi sebagai Genta Rohani umat manusia sepanjang masa. Dipermuliakan
(dupa diturunkan)
3.
Penaikan dupa yang ketiga: Kehadapan
para Shen Ming dan para leluhur yang kami hormati. Terimalah hormat bakti kami
( dupa diturunkan)
4.
Selanjutnya dengan sikap Bao Xin Ba De
(telapak tangan kiri menutup telapak tangan kanan, kedua ibu jari dipertemukan
membentuk huruf ren = manusia), lalu mengucapkan doa.
Ditutup dengan
mengucapkan kata Shanzai (Demikianlah yang sebaiknya-baiknya).
Selain sembahyang untuk
mengucap syukur yang dilakukan setiap hari dan setiap malam menjelang tanggl 1
(chu yi ) dan 12 (shi wu ) ada hai-hari besar untuk melakukan persembahyangan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu:
1.
Sembahyang menjelang penutupan tahun
(malam menjelang tahun baru atau Yuan Dan ) biasanya dilakukan mulai pukul
23.00 sampai 01.00
2.
Sembahyang besar kepada Tuhan Yang Maha
Esa (Jing Tian gong) yang dilaksanakan pada tanggal 8 malam menjelang tanggal 9
kesatu Yinli.
3.
Sembahyang dong Zi (Tang Ce) yang
dilaksanakan setiap tanggal 22 Desember.
2.
Sembahyang
Kepada Nabi
Sembahyang kepada Nabi
Kong Zi dilakukan pada hari-hari berikut:
1.
Peringatan Hari lahir Nabi Kong Zi, tiap
tanggal 27 bulan 8 Yinli. Upacara sembahyang biasanya dilakukan dirumah ibadah
seperti Litang, Kong Miao, Wen Miao dan Kelenteng.
2.
Peringatan hari wafat Nabi Kong Zi, tiap
tanggal 18 bulan 2 Yinli. Upacara sembahyang dilakukan seperti halnya peringatan
hari lahir nabi Kong Zi.
3.
Peringatan hari Genta Rohani (Mu duo),
dilaksanakan setiap tanggal 22 Desember bertepatan dengan hari Dong Zi (Tang
Ce) untuk memperingati dimulainya masa pengembaraan nabi Kong Zi sebagai Genta
Rohani Tian (Tian Zhi Mu Duo) ke berbagai negeri.
3.
Sembahyang Kepada Para Suci
Persembahyangan kepada
para suci (Shen Ming) dilaksanakan pada hari –hari berikut:
1.
Persembahyangan Yuan Xiao atau Cap Go
Me, dilaksanakan tiang tanggal 15 bulan 1 sebagai penutupan perayaan Tahun Baru
Yinli.
2.
Hari Duan Yang atau Duan Wu Jie,
dilaksanakan setiap tanggal 5 bulan Yinli. Duan artinya tegak lurus, lurus,
terang. Yang artinya sifat positif atau matahari. Duan Yang artinya saat
matahari memancarkan cahaya paling keras ke muka bumi ini. Sehingga diyakini
pada hari ini daun obat-obatan yang dipetik akan memiliki khasiat yang luar
biasa, telor ayam dapat bediri tegak pada saat didirikan. Pada hari ini adalah
merupakan hari yang paling baik untuk membersihkan diri dengan cara mandi
disungai atau dari sumber mata air yang mengalir.
3.
Sembahyang zhong Qiu Jie, dilaksanakan tiap tanggal 15 bulan 8 Yinli
adalah saat bulan purnama memancarkan cahayanya yang paling terang pada
pertengahan musim gugur dibelahan bumi bagian utara. Pada saat itu para petani
merayakan hari panen raya yang merlimpah-ruah. Maka pada saat itu pula
dilakukan sembahyang kepada Fu De Cheng Shen (malaikat bumi) sebagai ungkapan
rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah.
4.
Sembahyang Xia Yuan, tiap tanggal 15
bulan 10 Yinli yang mengandung makna sebagai ungkapan pernyataan syukur atas
kemurahan Tian dalam satu tahun. Pada saat itu dilaksanakan sembahyang kepada
malaikat bumi (Fu De Cheng Shen) yang melambangkan semesta alam ciptaan Tuhan.
5.
Hari persaudaraan (Er Si Sheng An) atau
hari kenaikan malaikat dapur (Zhao Jun), tanggal 24 bulan 12 Yinli. Pada hari
tersebut umat Khonghucu diwajiban untuk
berdana dan membantu fakir miskin dan bertepatan dengan satu minggu menjelang
saat perayaan tahun baru imlek (Yinli/Kongzili)
4. Sembayang kepada para leluhur, yang
dilaksanakan pada:
a. Tiap
tanggal 1 dan 12 Yinli
b. Hari
wafat leluhur atau orang tua (Zhu Ji)
c. Sembahyang
tutup tahun (chu xi) tiap tanggal 29 bulan 12 Yinli
d. Sembahyang
hari sadranan (Qing Ming), tiap tanggal 15 april yang dilakukan dimakan leluhur
atau orang tua. Sebelumnya keluarga almarhum membersihkan makan para leluhur
atau orang tuanya.
e. Sembayang
bagi arwah leluhur, tiap tanggal 15 bulan 7 Yinli
f. Sembayang
bagi para arwah umum (Jing He Ping atau Qi Yue Fan), tiap tanggal 29 bulan 7
Yinli.
Selain berbagai upacara keagamaan
tersebut di atas, ada pula upacara persembahyangan bagi umat, yaitu:
a.
Upacara kelahiran
b.
Upacara menjelang dewasa (akil baliq)
c.
Upacara pertunangan
d.
Upacara pernikahan
e.
Upacara kematian/perkabungan, terdiri
dari:
1. Masuk
kedalam peti jenazah (ru mu)
2. Malam
menjelang pemakaman (men sang)
3. Pemberkatan
jenazah (Sang zang)
4. Penyempurnaan
jenazah di makam atau perabuan (ru kong )
5. Sembahyang
tiga hari (Zhuo san)
6. Sembahyang
tujuh hari (Zhuo qi)
7. Sembahyang
satu tahun (Xiao Xiang)
8. Sembahyang
tiga tahun (da xiang)
5. Tata Ibadah Agama
Umat Khonghucu wajib
melaksanakan ibadah yang dilakukan kepada Tian, Nabi dan para roh suci (Sheng
Ming), dan leluhur. Pelaksanaan dan waktu ibadah dialukan masing-maisng sebagai
berikut:
1. Ibadah Kepada Tuhan Yang Maha Esa
a. Sembahyang
mengucap syukur dilaksanakan setiap pagi dan sore atau malam hari di rumah.
b. Sembahyang
dian xiang atau tiam hio (Hokkian pen)
dilaksanakan pada tanggal 1 (zhu yi/cee it) dan 15 (si wu /cap go)
c. Sembahyang
besar pada hari-hari kemuliaan Tian pada malam pergantian tahun (tutup tahun),
tanggal 8 menjelang 9 bulan 1 (xheng yue/cia gwee) Jing Tian Gong/King Thi Kong
dan pada hari Dong Zhi/Tangce (Hari Genta Rohani) bertepatan dengan tanggal 22
Desember (Yang Li) atau penanggalan masehi.
2. Ibadah kepada Nabi dan para roh
suci (Shen Ming)
a. Sembahyang
tiap tanggal 1 dan 15 Yin Li/Imlek
b. Sembayang
peringatan hari lahir Nabi Kongzi (Zhi Sheng Dan) tanggal 8 Yinli.
c. Sembahyang
pertingatan hari wafat Nabi Kongzi (Zhi Sheng Ji Sheng) tanggal 18 bulan 2
Yinli.
d. Sembahyang
peringatan hari Genta Rohani (mu duo) tanggal 22 desember.
e. Sembahyang
Hari Ulang Tahun para roh suci ( Shen Ming)
f. Sembahyang
bagi para roh suci: Duan Yang/Pek Cun tanggal 5 bulan 5 Yinli (wu yue zhu wu/go
gwee cee go); Zhong Qiu Jie (Tiong Chiu) tanggal 15 bulan 8 Yinli.
g. Hari
sosial/Persaudaraa (Zhao Jun Shang Tian) malaikat dapur naik mmenghadap Tian
tanggal 24 bulan 12 Yinli.
3. Ibadah Kepada Leluhur
1. Sembahyang
tiap tanggal 1 dan 15 Yinli.
2. Hari
wafat leluhur/orang tua.
3. Sembahyang
bagi arwah leluhur, tanggal 15 bulan 7 Yinli.
4. Sembahyang
bagi arwah leluhur menjelang tutup tahun, tanggal 29 bulan 12 Yinli.
5. Sembahyang
hari Sadranan/Ziarah kubur (Ching Ming Jue/Ceng Beng Jit), tanggal 5 April.
6. Sembahyang
bagi arwah umum (Jing He Ping/King Ho Peng), tanggal 29 bulan 7 Yinli.
4. Upacara-upara Bagi Umat:
a. Upacara
kelahiran
b. Upacara
hari ulang tahun
c. Upacara
pernikahan
d. Upacara
perkabungan
5. Melaksanakan ibadah
Umat
Khonghucu melaksanakan ibadah setiap tanggal 1 dan 15 Yunli di Litang atau
Kelenteng.
Contoh
Doa
1. Doa
Pembuka
Kehadirat Tian Yang Maha Agung di tempat
yang Maha Mulia, dengan bimbingan Nabi Kong Zi
Dipermuliakanlah!
Senantiasa berolehlah kami keuatan dan
kemampuan untuk menjunjung tinggi kebenaran dan menjalankan kebajikan.
Dengan setulus hati kami bersujud dan
dengan sepenuh kebajikan di dalam hati.
Dipermuliakanlah!
Puji
dan syukur ke hadirat Tian, jauhkanlah hati kami dari segala kelemahan, sifat
keluh gerutu kepada Tian dan sesal penyalahan terhadap sesama.
Melainkan senantiasa dapat tekun belajar
hidup benar dari tempat yang rendah ini menuju tinggi menempuh Jalan Suci.
Kuatkanlah iman kami, yakin Tian senantiasa menjadi penilik, pembimbing, dan
penyerta dalam hidup kami.
Maha besar Tian pencipta semesta alam,
Tian hanya melindungi Kebajikan.
Huang Yi Shang DI, Wei Tian You De.
Shanzai!
2. Doa
Penutup
Puji dan syukur ke hadirat Tian,
senatiasa berolehlah kami kekuatan dan kemampuan untuk menjalankan dan
menggemilangkan kebajikan, yakni hidup dalam Cinta kasih, menjunjung tinggi
Kebenaran, berlaku Susila Bijaksana dan Dapat dipecaya di dalam hidup sehari-hari.
Shanzai!
3. Doa
Pernyataan Syukur
Kita wajib mengucapkan syukur pada saat
kita mendapatkan rejeki ataupun berkah yang kita terima dengan mengucapkan:
Puji syukur atas rahmat Tian (Xie Tian
Zhi En)
Shanzai!
Karena semua yang kita peroleh di dunia
ini tidak terlepas dan kuasa dan keruniaNya.
6. Jenis dan Cara Menggunakan Dupa
Dupa (xiang, atau hio, Hokian) sudah
digunakan sejak jaman dahulu kala oleh umat Khonghucu untuk melaksanakan ibadah
atau sembahyang. Xiang atau hio artinya harum, yang dimaksud dupa disini yaitu
bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap berbau harum atau wangi.
Membakar dupa mengandung makna:
Jalan Suci itu berasal dari kesatuan
hatiku (Dao Yu Xin He)
Hatiku dibawa melalui keharuman dupa
(Xin Jia Xiang Chuan)
Selain daripada itu dupa juga untuk:
1.
Menentramkan pikiran, memudahkan
konsentrasi, meditasi.
2.
Mengusir hawa atau hal-hal yang bersifat
jahat.
3.
Mengukur waktu, terutama pada jaman
dahulu sebelum ada lonceng atau/jam
Pada jaman Nabi Kong Zi jenis dupa
berupa serbuk atau belahan kayu wangi-wangian yang dibakar berasal dari kayu
gaharu atau cendana, seperti Chen Xiang, Mu Xiang, Mu Xiang (gaharu), Tan Xiang
(Cendana), dan lain-lain.
a.
Macam-macam dupa (gaharu)
Saat ini kta mengenal berbagai macam
jenis dupa seperti berikut:
1.
Dupa bergagang hijau, biasa digunakan
untuk sembahyang kehadapan jenazah bagi keluarga yang sedang berkabung.
2.
Dupa bergagang merah, digunakan untuk
hamper semua upacara persembahyangan.
3.
Dupa bergagang besar (Gong Xiang atau
Kong Hio, Hokian), digunakan untuk upacara besar.
4.
Dupa berbentuk spiral atau berbentuk
wajik untuk wangi-wangian.
5.
Dupa lurus panjang dan tanpa gagang Cang
Shou Xiang atau Tiang Siu Hio, Hokian), dinyalakan kedua ujungnya untuk
bersembahyang ke kadirat Tian.
b.
Jumlah dupa yang digunakan
1. Dupa
bergagang hijau 2 batang, digunakan untuk menghormat ke hadapan jenasah
keluarga sendiri atau ke hadapan altarnya yang belum melampaui masa berkabung
atau belum lewat sembahyang tiga tahun (da xiang). Boleh juga digunakan satu
batang saja.
2. Dupa
bergagang merah: 1 batang, dapat digunakan untuk berbagai upacara sembahyang;
bermakna memusatkan pikiran untuk sungguh-sungguh bersujud 2 batang, untuk
menghormati kepada arwah orang tua yang meninggalnya telah melampaui 2 x 360
hari atau setelah sembahyang 3 tahun (da xiang); atau kehadapan altar jenazah
yang bukan keluarga sendiri. Mengandung makna, ada hubungan Yin Yang atau
negatif-posistif, ada hubungan duniawi, 3 batang, untuk bersujud ke hadapan
Tian, Nabi atau para suci, 4 batang, maknanya sama dengan 2 batang. 5 batang,
untuk menghormat arwah umum, misalnya pada saat sembahyang Jing He Ping,
tanggal 29 bulan ke 7 Yinli. Mengandung makna melaksanakan lima kebajikan (Wu
Chang), 8 Batang, sama maknanya dengan 2 batang, khusus untuk upacara ke
hadapan jenazah yang dilaksanakan oleh pimpinan upacara dan Majelis Agama
Khonghucu Indonesia (MAKIN). Mengandung makna, delapan kebajikan ( Ba De), 9
Batang, untuk bersembahyang kepada Tian Yang Maha Esa, Nabi, dan para suci
(Shen Mang), Cara menaikkan dan menancapkan dupa, Cara menaikkan dupa seperti
melakukan ding (baca ting) yaitu tangan diangkat sampai dahi.. Menancapkan dupa
menggunakan tangan kiri yang melambangkan sifat yang (positif). Untuk 2 batang
langsung ditancapkan sekaligus setelah dinaikkan 2 kali. Hal ini juga juga
berlaku untuk 4 dan 8 batang dupa, Untuk 3 batang dupa, dupa pertama ditancapkan di tengah-tengah,
yang kdedua disebelah kiri (diihat dari arah altar) atau sebelah kanan kita,
dan yang ketiga ditancapkan di sebelah kanan (dari arh altar) atau sebelah kiri
kita. Untuk 5 batang dupa, ada dua cara menancapkannya, yaitu sebagai berikut :
1.
Pada tempat dupa (Xiang lu atau hio lo)
yang berbentuk bulat, 5 batang dupa itu ditancapkan seperti berikut :
Dupa pertama: ditengah-tengah
Dupa ke dua: di kiri (dalam)
Dupa ke tiga: kanan (dalam)
Dupa ke empat: kiri (luar)
Dupa ke lima: kanan (luar)
2.
Pada tempat dupa yang berbentuk empat
persegi panjang, 5 batang dupa ditancapkan seperti pada saat menancapkan 3
batang, ditambah dengan dupa ke 4 di sebelah kiri dupa ke 2 dan dupa ke 5 di
samping kanan dupa ke 3. Posisi dilihat dari arah altar.
3.
Untuk 9 batang dupa, cara menancapkannya
sama sepeti pada penancapan 3 batang dupa, dinaikkan 3 kali dan tiap kali
ditancapkan 3 batang dupa.
Catatan: tiap kali penancapan dupa
sellau menggunakan tangan kiri.
Penjelasan: Di dalam kitab Yi Jing yang
menguraikan tentang garis-garis Ba Gua, dinyatakan: kiri melambangan unsur yang
Yang (positif), dan kanan melambangkan unsur Yin (negative). Maka untuk hal-hal
yang bersifat rohani seperti menancapkan dupa wajib menggunakan tangan kiri.
Selain itu ada penjelasan lain ditinjau dari anatomi tubuh bahwa janjung (xin)
itu berada disebelah kiri. Menancapkan dupa adalah hal yang berhubungan dengan
kesujudan hati (xin), maka digunakan tangan sebelah kiri.
2.3.1
Hari – hari Raya Keagamaan
Setiap agama memiliki
hari raya keagamaannya masing-masing, demikian pula halnya dalam agama
Khonghucu kita mengenal hari-hari raya keagamaan yang berkaitan dengan
persembahyangan atau peribahannya. Berikut ini adalah hari-hari raya keagamaan
dalam agama Khonghucu:
1.
Tanggal 1 bulan 1 Yinli: Sembahyang
Tahun Baru Kongzili/Yinli.
2.
Tanggal 15 bulan 1 Yinli: Sembahyang
Yuan Xiao atau Cap Go Me, penutupan Tahun Baru Yinli.
3.
Tanggal 3 bulan 1 Yinli: Sembahyang
menyambut kedatangan kembali Malaikat Dapur (Zhao Jun).
4.
Tanggal 18 bulan 2 Yinli: Peringatan Hari
Wafat nabi Kong Zi.
5.
Tanggal 5 April Masehi: Hari
Sadranan/Ziarah Kubur (Ching Ming).
6.
Tanggal 5 bulan 5 Yinli: Sembahyang Duan
Yang (Duan Wu Jie).
7.
Tanggal 15 bulan 7 Yinli: Sembahyang
bagi arwah leluhur.
8.
Tanggal tanggal 29 bulan 7 Yinli:
Sembahyang bagi arwah umum (Jing He Ping).
9.
Tanggal 15 bulan 8 Yinli: Sembahyang
Purnama Raya (Zhong Qiu Jie).
10. Tanggal
27 bulan 8 Yinli: Peringatan Hari Lahir Nabi Kongzi (Zhi Sheng Dan).
11. Tanggal
15 bulan 10 Yinli: Sembahyang Xia Yuan
kepada Malaikat Bumi (Fu De Cheng Shen).
12. Tanggal
22 Desember Masehi: Sembahyang Hari Genta Rohani (Dong Zi).
13. Tanggal
24 bulan 12 Yinli: Sembahyang untuk mengantarkan kenaikan Malaikat Dapur (Zhao
Jun) yang disebut juga sebagai Hari Persaudaraan (Erl Si Shanng Ang).
14. Tanggal
30 bulan 12 Yinli: Sembahyang penutupan tahun (Yuan Dan) yang dilaksanakan
mulai pukul 23.00-01.00.
2.3.2
Tempat Suci Dan Rumah Ibadah Umat Khonghucu
Rumah ibadah bagi umat
Khonghucu yang pada umumnya disebut Miao (bio, dialek Hok Kian, pen.) sebagai
mana tersurat dalam Kitab Catatan Kesusilaan (Li Ji). Dalam perkembangannya di
Indonesia kemudian rumah ibadah umat Khonghucu ini disebut ‘kelenteng’ karena
pada saat dilaksanakan persembahyangan di miao biasanya dibunyikan suara tambur
dan lonceng yang berbunyi ‘teng ... teng... teng...’ dari situlah istilah
kelenteng itu muncul.
Pada masa pemerintahan
Orde Baru, pemerintah membatasi berbagai upacara keagamaan yang dilaksanakan
oleh umat Khonghucu termasuk di kelenteng. Maka umat Khonghucu mendirikan rumah
ibadah yang disebut ‘Litang’ (ruang ibadah), dimana di dalam ruangannya
terdapat altar nabi Kong Zi, podium tempat memberikan ceramah agama, dan kursi
bagi para jemaah yang hadir. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, Litang
sekaligus juga sebagai tempat untuk mempelajari ajaran Khonghucu yang
disampaikan melalui ceramah-ceramah agama yang disampaikan oleh para
rohaniawan.
Umat Khonghucu melakukan ibadah secara
bersama-sama di Litang seperti halnya umat agama lain, mereka pun mendengarkan
ceramah dan mempelajari ajaran Khonghucu melalui kitab-kitab sucinya. Sedangkan
di kelenteng biasanya umat hanya bersembahyang dan berdoa secara pribadi
masing-masing saja dengan cara membakar dupa atau gaharu (hio swa) dan
memberikan hormat kepada roh suci (Shen Ming) tanpa ada bimbingan atau ceramah
agama yang disampaikan oleh rohaniawan.
Berikut ini adalah nama-nama tempat suci
dan tempat ibadah bagi umat Khonghucu:
1.
Tian Tan adalah tempat ibadah kehadirat
Tuhan.
2.
Xing Tan adalah tempat Nabi Kong Zi
mengajar para muridnya.
3.
Kong Miao adalah merupakan kompleks
bangunan kuil tempat ibadah keada Nabi Kong Zi. Dimana di dalamnya terdappat
altar dan patung (jin shen) atau gambar nabi Kong Zi.
4.
Wen Miao adalah bangunan seperti halnya
Kong Miao, hanya yang membedakan di altarnya hanya terdapat tulisan berupa
papan nama (Shen Zhu) nabi Kong Zi dan para muridnya bukan berbentuk gambar
atau patung (jin shen).
5.
Litang adalah merupakan ruang kebaktian
atau ruang ibadah yang di dalamnya terdapat altar nabi Kong Zi yang dilengjkapi
dengan mimbar dan tempat duduk bagi umat yang hadir untuk mengikuti ibadah pada
hari-hari tertentu sesuai dengan jadwal. Biasanya ibadah dilakukan setiap malam
tanggal 1 dan 15 Yinli, dan juga pada hari-hari raya keagamaan seperti pada
peringatan hari lahir dan hari wafatnya nabi Kong Zi.
6.
Zhong Miao atau Zhu Miao adalah kuil
leluhur atau rumah abu leluhur, biasanya dibangun oleh satu keluarga yang
bermarga sama.
7.
Xiang Wei (hio lo, Hokkian) adalah altar
leluhur keluarga atau sering disebut juga dengan meja abu leluhur. Altar leluhur
ini biasanya diletakkan di ruang tamu keluarga menghadap ke arah utama pintu
rumah. Pada altar leluhur biasanya terdapat photo atau papan nama leluhur (shen
zhu) atau orang tua yang telah meninggal dunia dan juga terdapat tempat untuk
menancapkan dupa (xiang lu). Pada bagian kiri tiang pintu utama rumah umat
Khonghucu biasanya terdapat tempat untuk menancapkan dupa yang terbuat dari
bamboo atau seng yang dicat warna merah. Dupa ditancapkan setelah bersembahyang
kepada Tuhan dengan cara menghadap keluar pintu rumah.
8.
Kelenteng (Miao atau Bio) adalah kuil
para suci (Shen Ming) yang dihormati, seperti Guan Di Miao (Guan Gong atau Kwan
Kong, Hokkian), Tian Xiang Sheng Mu Miao, Fu De Miao dan lain-lain.
9.
Altar sembahyang kepada Tian (Jiao), dan
Altar sembahyang kepada Malaikat Bumi (Shi)
10. Kong
Lin adalah daerah makam nabi Kong Zi beserta keturunan dan keluarganya yang
dialiri sungai Si Shui, terdapat di kota Qu Fu, provinsi Shandong, Tiongkok
(Zhongguo).
2.4 Dasar -dasar Ajaran Agama Khonghucu
1. Pengakuan Iman (Cheng Xin Zhi)
Seorang umat Khonghucu harus memiliki
iman yang teguh dalam memegang keyakinannya. Pengertian kata iman (cheng)
adalah ketulusan, kejujuran, yakni satunya antara pikiran, perkataan dan
perbuatan. Umat Khonghucu hendaklah senantiasa menjaga ketulusan hatinya,
menjaga ucapan, dan tindakannya dalam kehdupan sehari-hari, sehingga ia
terbebas dari segala macam penyesalan. Pengakuan iman yang pokok dalam agama
Khonghucu, yaitu:
1.
Firman Tian (Tian Ming) itulah dinamai
Watak Sejati (Xing), hidup mengikuti Watak Sejati itulah dinamai menempuh Jalan
Suci. Bimbingan untuk menempuh Jalan Suci itulah dinamai agama (Jiao).
“tiān
ming zhī wèi xing shuài xing zhī wèi
dào xiū dào zhī wèi jiào”
Dipermuliakanlah!
2.
Adapun Jalan Suci yang dibawakan Ajaran
Besar itu ialah : menggemilangkan kebajikan yang bercahaya, mengasihi rakyat
dan berhenti pada puncak kebaikan.
“dà xuè zhī
dào zài ming ming dé zài qīn min zài zhï yū zhi shàn”
Dipermuliakanlah!
3.
Hanya kebajikan berkenan kepada Tuhan.
Sungguh miliki yang satu yaitu kebajikan.
“Wei de dong
Tian, Xian you yi de”
Shan Zhai!
2. Delapan Ajran Iman (Ba Cheng Chen
Gui)
Untuk mewujudkan
oengakuan iman sebagai dasar keyakinannya dalam kehidupan ini, maka setiap umat
Khonghucu harus menjalankan dan mengamalkan delapan ajaran iman sebagai pedoman
dalam kehidupannya, yakni:
1.
Sepenuh iman percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian) Jangan mendua hati dan jangan bimbang (wu er wu
yu)
Tian
senantiasa besertamu (Shang di lin ru)
2.
Sepenuh iman menjunjung kebajikan (Cheng
Zun Jie De)
Tiada
jarak jauh yang tidak terjangkau (wu yuan fu jie)
Sungguh
kepadanya hati Tian berkenan (ke xiang Tiang xin)
3.
Sepenuh iman menegakkan Firman gemilang
(Cheng Li Ming Ming)
Jagalah
hati dan rawatlah Watak Sejati (cun xin yang xing)
Demikian
mengenal dan mengabdi kepada Tian (ze zhi shi Tian)
4. Sepenuh
iman menyadari adanya nyawa dan roh (Cheng Zhi Gui Shen)
Tekun
membina diri dan kendalikan nafsu (jin xiu gua yu)
Bila
nafsu timbul tetap dapat dikendalikan (fa jie zhong jie)
5.
Sepenuh iman merawat cita berbakti
(Cheng Yang Xiao Si)
Tegakkan
diri dan menempuh Jalan Suci (li shen xing dao)
Demi
memuliakan ayah dan bunda (yi xian fu mu)
6.
Sepenuh iman mengikuti Genta Rohani
(Cheng Shun Mu Duo)
Nabi
Agung yang dijunjung tinggi (zhi zun zhi sheng)
Menjaga
Firman Tian untuk selama-lamanya (yong bao Tian ming)
7.
Sepenuh iman memuliakan kitab suci Si
Shu – Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
Kitab
suci besar bagi dunia (Tian xia da jing)
Pokok
besar tegakkan Firman (li ming da ben)
8.
Sepenuh iman menempuh Jalan Suci (Cheng
Xing Da Dao)
Sekejap
pun tidak boleh terpisah (xu yu bu li)
Tempat
sentosa tanpa batas (wu jiang zhi xiu)
3. Lima Kebajikan (Wu Chang)
Manusia tercipta oleh karena kehendak
atau Firman Tian (Tian Ming) dengan dibekali Watak Sejati (Xing) sebagai
karunia termulia yang telah diberikan Tian kepada setiap insan, hal itu yang
membedakan antara manusia dan makhluk hidup ciptaan Tian lainnya seperti hewan
dan tumbuhan. Di dalam Watak Sejati manusia terkandung benih-benih kebajikan,
yaitu:
1.
Cinta Kasih (ren)
2.
Kebenaran (yi)
3.
Kesusilaan (li)
4.
Kebijaksanaan (zhi)
5.
Dapat dipercaya (xin)
Setiap insan wajib
mengembangkan Watak Sejatinya dalam hidup ini hingga ia dapat mengisi kehidupan
ini dengan bermakna bukan saja dari dirinya sendiri, melainkan juga bagi orang
lain dan lingkungannya. Selain kelima pokok kebajikan tersebut, manusia juga
memiliki nafsu seperti gembira, marah, sedih, senang, dan sebagainya yang harus
dikendalikan oleh hati dan pikirannya. Apabila manusia hidup tidak sesuai
dengan Watak Sejatinya, maka ia telah kehilangan sifat kemanusiaannya. Bila
demikian, lalu apa bedanya antara manusia dan makhluk hidup lainnya seperti
hewan?. Seperti yang dikatakan oleh Mengzi “sesungguhnya perbedaan antara
manusia dan hewan itu tidaklah seberapa,” Justru dengan perbedaan yang sedikit
ini jangan sampai sikap dan perilaku kita tidak mencerminkan sebagai layaknya
tumbuh, bernafas, dan berkembang. Hewan hanya mengandalkan nalurinya, sedangkan
manusia memiliki akal dan pikiran hingga ia dapat membedakan mana benar dan
mana yang salah.
4. Delapan Kebajikan (Ba De)
Dalam hubungannya dengan sesama, setiap
insan wajib menjaga hubungan dengan baik. Hubungan tersebut dimulai dari
lingkungan keluarga, kemudian diperluas kepada tetangga, dan masyarakat. Oleh
karena itu manusia wajib menjalankan delapan kebajikan sebagai pedoman dalam
menjalin hubungan dengan sesama, yaitu:
1.
Berbakti (xiao)
2.
Rendah hati (ti)
3.
Satya (zhong)
4.
Dapat dipercaya (xin)
5.
Susila (li)
6.
Menjunjung kebenaran (yi)
7.
Suci hati (lian)
8.
Tahu malu (chi)
Oleh karena itu untuk
mengatur Negara harus terlebih dahulu dimulai dari membereskan rumah tangga;
bila tidak dapat mendidik keluarga sendiri tetapi dapat mendidik orang lain
itulah hal yang takkan mungkin terjadi. Maka seorang Junzi biar tidak keluar
rumah, dapat menyempurnakan pendidikan di negaranya. Dengan berbakti kepada
ayah bunda, ia turut mengabdi kepada raja, dengan bersikap rendah hati, ia turut
mengabdi kepada atasannya; dan dengan bersikap kasih sayang, ia turut mengatur
masyarakatnya. (MATAKIN, Si Shu (Kitab Yang Keempat) , Ajaran Besar (Da Xue)
IX:I, hlm.20.21).
5. Lima Hubungan Kemasyarakatan (Wu
Lun)
Manusia adalah makhluk sosial, ia tidak
dapat hidup sendirian saja dan ia membutuhkan bantuan orang lain juga untuk
bisa hidup. Misalnya petani menanam padi di sawah dan mereka menghasilkan padi
yang menjadi beras. Beras dibutuhkan sebagai salah satu bahan makanan pokok
manusia. Kita tidak bisa memenuhi semua kebutuhan hidup kita sendiri, jika
tidak ada petani maupun orang lain yang dapat membantu kita dalam menjalani
hidup ini. Oleh karena itu kita membutuhkan bantuan orang lain.
Untuk menata kehidupan masyarakat yang
damai dan teratur, maka perlu adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang
jelas. Setiap orang memiliki peran masing-masing dalam kehidupan ini, oleh
karena itu setiap orang wajib menepati tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya
hingga kehidupan ini dapat berjalan dengan damai dan harmonis. Berikut ini
adalah Lima Hubungan Kemasyarakatan (Wu Lun) sebagai tatanan sosial dalam
mewujudkan kehidupan masyarakat yang teratur dan damai, yaitu:
1.
Pemimpin dan yang dipimpin atau atasan
dan bawahan (jun chen)
2.
Orang tua dan anak (fu zi)
3.
Suami dan istri (fu fu)\
4.
Kakak dan adik (xiong di)
5.
Kawan dan sahabat (peng you)
Kelima hubungan
tersebut di atas bukan dimaksudkan sebagai hubungan antara penguasa dan bawahan
yang bersifat otoriter, melainkan hubungan yang bersifat timbal balik dan
saling membutuhkan satu sama lain. Agar manusia dapat berlaku tengah dan tepat,
maka wajib dilaksanakan dengan semangat satya dan tapasalira (Zhong Shu), yakni
apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah dilakukan pada orang lain
(Sabda Suci XV:24). Selain itu juga ia harus mau membantu orang lain agar
mereka bisa tegak dan maju, seperti halnya kita pun ingin menjadi orang yang
sukses dalam kehidupan ini.
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
masing-masing, maka setiap orang hendaknya menepati tugasnya atau ‘Tengah
Tepat’ (Zhong Zheng), yakni:
1.
Pemimpin hendaklah berlaku sebagai
pemimpin (jun jun) (baca, cien cien)
2.
Pembantu/bawahan hendaklah berlaku
sebagai pembantu/bawahan (chen chen)
3.
Orang tua/ayah hendaklah berlaku sebagai
orang tua/ayah (fu fu)
4.
Anak hendaklah berlaku sebagai anak (zi
zi) (baca, che che)
Untuk melaksanakan
hubungan tersebut di atas maka perlu adanya sepuluh jalinan kebenaran, yaitu:
1.
Adanya jalinan kebenaran yang dijalankan
antara atasan dan bawahan (pemimpin dan yang dipimpin)
2.
Jalinan kasih sayang antara orang tua
dan anak
3.
Jalinan pertingkatan antara yang
berkedudukan mulia dan rendah
4.
Jalinan dekat renggangnya dalam hubungan
keluarga yang berkembang
5.
Jalinan pemberian anugrah dan pahala
6.
Jalinan pemilahan tugas antara suami dan
isteri
7.
Jalinan pemerintahan yang adil terhadap
rakyatnya
8.
Jalinan antara yang tua dan muda dalam
kedudukannya masing-masing
9.
Jalinan batasan antara atasan dan
bawahan
10.
Jalinan sikap dapat dipercaya antara
kawan dan sahabat
6. Lima Unsur (Wu Xing)
Tian telah menciptakan
alam semesta lengkap dengan segala isinya. Hukum Tian (Tian Li) itu bersifat
kekal dan abadi, seperti matahari yang selalu terbit di sebelah timur dan
terbenam di sebelah barat. Kehidupan manusia tidak terlepas pula dari
lingkungan alam sekitarnya, maka Tian telah menciptakan lima unsur (wu xing),
yaitu:
1.
Air (shui)
2.
Api (huo)
3.
Kayu (mu)
4.
Logam (jin)
5.
Tanah (tu)
Kelima unsur tersebut
dibutuhkan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Bahkan kelima unsur tersebut
sesungguhnya ada dalam diri manusia, seperti yang dikatakan oleh Meng Zi :
“Berlaksa benda tersedia lengkap di dalam diri. Kalau memeriksa diri ternyata
penuh iman, sesungguhnya tiada kebahagiaan yang lebih besar dari ini. Sekuat
diri laksanakanlah Tapasalira, untuk mendapatkan Cinta kasih tiada yang lebih
dekat dengan ini.” (Meng Zi VIIA:1-3)
Masing-masing unsur tersebut memiliki
sifat positif dan negatif serta saling mendukung satu sama lain. Seperti air
dapat menyuburkan kayu atau pepohonan, tetapi air dapat diserap oleh tanah; api
dapat melebur dan menempa logam, tetapi api dapat dipadamkan oleh air ; kayu
dapat tumbuh subur di tanah, tetapi kayu dapat dipotong dengan logam seperti
kapak misalnya, tetapi logam dapat dilebur oleh api.
Demikianlah sesungguhnya,
kehidupan di alam semesta ini tidak terlepas dari kelima unsur tersebut. Tian
telah menyediakan semua itu lengkap, tinggal bagaimana umat manusia dapat
memanfaatkan sumber daya alam dengan sebaik-baiknya tanpa harus merusak
lingkungan alam sekitar. Menjaga kelestarian alam merupakan kewajiban setiap
manusia, karena bumi telah memberikan energi bagi kehidupan umat manusia.
Apabila manusia tidak dapat memelihara keseimbangan alam lingkungannya, maka
bencana pun akan datang menimpanya.
2.4.1
Sila-sila
dalam Agama Khonghucu
1.
Empat
Pantangan
Setiap agama memiliki ajaran dan
perintah yang harus dilaksanakan dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh
setiap umatnya. Begitu pula dalam agama Khonghucu kita diajarkan untuk tidak
melakukan hal-hal yang tidak susila atau hal yang tidak pantas yang disebut
dengan Empat Pantangan (si wu) yakni:
1. Yang
tidak susila jangan dilihat (fei li wu shi)
2. Yang
tidak susila jangan didengar (fei li wu ting)
3. Yang
tidak susila jangan diucapkan (fei li wu yan)
4. Yang
tidak susila jangan dilakukan (fei li wu dong)
Nabi Kong Zi bersabda
“Kembali kepada yang Susila, itulah Cinta Kasih” dan janganlah melanggar,
dengan demikian maka kita telah melaksanakan perintah agama dan menjauhi
larangannya. Oleh karena itu kita harus dapat mengendalikan pikiran kita agar
selalu diarahkan kepada hal-hal yang susila.
Hidup manusia harus
sesuai Firman yaitu menepati kodratnya sebagai makhluk ciptaan Tian yang
termulia dibandingkandengan makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbungan
karena manusia telah dikarunia Watak Sejati (Xing) yang mengandung benih-benih
kebajikan yakni Cinta kasih, Kebenaran, Kesusilaan, dan Bijaksana. Apabila
manusia mampu melaksanakan kewajiban hidupnya sesuai dengan Watak Sejatinya
berarti ia telah hidup sesuai dengan jalan suci atau jalan kebenaran
sebagaimana dibimbingkan oleh agama hingga ia dapat menjadi seorang Junzi
(Susilawan) yang dapat dipercaya dalam hidupnya.
Kelima
hal tersebut yakni Cinta Kasih, Kebenaran, Kesusilaan, Kebijaksanaan dan dapat
dipercaya adalah merupakan Lima Pokok Kebajikan (wu chang) yang merupakan
ajaran pokok dalam agama Khonghucu. Selain kelima pokok kebajikan tersebut,
manusia juga memiliki nafsu seperti gembira, marah, sedih, senang dan
sebagainya yang harus dikendalikan oleh hati dan pikirannya. Apabila manusia
hidup tidak sesuai dengan Watak Sejatinya, maka ia telah kehilangan sifat
kemanusiaannya. Bila demikian lalu apa bedanya antara manusia dan makhluk hidup
lainnya seperti hewan? Seperti yang dikatakan oleh Mengzi, “Sesungguhnya
perbedaan antara manusia dan hewan itu tidaklah seberapa”. Justru dengan
perbedaan yang sedikit ini jangan sampai sikap dan perilaku kita tidak
mencerminkan sebagai layaknya tumbuh, bernafas, dan berkembang. Hewan hanya
mengandalkan nalurinya, sedangkan manusia memiliki akal dan pikiran hingga ia
dapat membedakan mana benar dan mana yang salah.
2. Menjunjung Yang
Empat (Si Zun)
1. Mengerti Firman ( zhe ming)
2. Menerima Firman (xiu ming)
3. Menegakkan Firman (li ming)
4. Menyempurnakan Firman (cheng ming)
3. Empat Bebas (Si Jue)
1. Tidak berangan-angan kosong (wu yi)
2. Tidak mengharuskan (wu bi)
3. Tidak kukuh (wu gu)
4. Tidak menonjolkan aku (wu wo)
Zi jue si
Wu yi wu bi
wu hu wu wo (Lun Yu IX:4)
4. TRI PUSAKA
1. Bijaksana
(zhi)
2. Cinta
Kasih (ren)
3. Keberanian
(Yong)
Nabi bersabda, “Ada tiga hal yang di
dalam Jalan Suci seorang Junzi yang belum kucapai. Penuh cinta kasih sehingga
tidak merasa susah-payah. Bijaksana sehingga tidak dirundung bimbang, dan
berani sehingga tidak dirundung kecemasan”.
zi yue jun zi dao zhe san wo wu neng yan
ren zhe bu you zhi zhe bu huo yong zhe bu ju
(Lun Yu XIV:28)
“Yang
Bijaksana tidak dilamun bimbang; yang berperi Cinta kasih tidak merasakan susah
payah, dan yang berani tidak dirundung ketakutan”.
zhi
zhe bu huo ren zhe bu you yong zhe bu ju
(Lun Yu IX:29)
Nabi bersabda, “Suka belajar itu
mendekatkan kita kepada Kebijaksanaan; dengan sekuat tenaga melaksanakan tugas
mendekatkan kita kepada Cinta kasih, dan rasa tahu malu mendekatkan kita kepada
Berani”.
zi
yue hao xue jin hu zhi li xing jin hu ren zhi chi jin hu yong
(Zhong Yong XIX:9)
“Seorang yang berperi Cinta Kasih ingin
dapat tegak, maka berusaha agar orang lainpun tegak; ia ingin maju, maka
berusaha agar orang lainpun maju”.
Fu
ren zhe j i yu l i er l i ren j i yu da er da ren
(Lun Yu VI;30)
“Apa yang diri sendiri tiada inginkan,
janganlah diberikan kepada orang lain”
j i suo bu yu wu shi yu ren (Lun
Yu XV:24)
2.4.2
Hubungan Antara Manusia, Tian, dan Alam
1.
Hubungan antara Manusia dan Tian
Hubungan antara Manusia
dan Tian harus ssenantiasa Harmonis, Manusia wajib patuh dan taat kepada Tian (Shun
Tian), dan tidak melangggar hukum Tian (Ni Tian). Senantiasa bersembahyang dan
berdoa kepada Tian adalah salah satu cara bagaimana mannusia tetap menjalin
hubungan dengan Tian. Dengan demikian hidupnbya akan terpelihara, sejahtera,
dan selamat. Selain itu ia juga harus takut dan hormat (Wei Tian) terhadap
kemahakuasaan Tian, dengan demikian mereka akan merasakan gembira didalam Tian
(Le Tian), bahkan dapat mencapai keadaan yang selaras dan menyatu dengan Tian
(Pei Tian). Manusia tidak boleh berkeluh gerutu kepada Tian dan menyesali
sesamanya. Melainkan ia harus hidup tekun belajar dan melaksanakan firmaNya.
Tianlah yang akan menilai secara perbuatan yang kita lakukan.
Ada beberapa sebutan untuk menybutkan
nama Agama Khonghucu, yaitu:
1.
Shang Tian = Tuhan yang Mahatinggi
2.
Hao Tian = Tuhan yang Mahabesar
3.
Cang Tian = Tuhan yang Mahasuci
4.
Min Tian = Tuhan yang Maha Pengasih
5.
Huang Tian = Tuhan yang Maha Kuasa
6.
Shang Di = Tuhan yang Mahakhalik/
Pencipta Alam
2. Hubungan Antara Manusia dan Alam
Kehidupan manusia tidak
dapat dipesahkan dari alam dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Oleh karena
itu manusia wajib menjaga kelestarian alam dan lingkungan yang ada di
sekitarnya. Pengrusakan lingkungan hidup akan mengakibatkan bencana alam
seperti banji, tanah longsor, pencemaran udara dan sebagainya. Bilaman hal itu
dilakukan terus menerus, maka akan terjadi ancaman terhadap kelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lainnya. Oleh sebab itu manusia wajb bersikap satya
dan bertangggung jawab (Zhong He, Baca Cung He) untuk mentaati hukum Tian dan
menyayangi alam demi kelestarian lingkungan hidupnya.
3. Hubungan antara Manusia dan
Sesamanya
Hubungan antara manusia
dan sesamanya harus dibina dengan baik, sehingga tercipta keharmonisa dan
ketentraman dalam kehidupan masyrakat dan Negara.
Ada lima jalan Suci yang harus ditempuh
yang disebut dengan lima hubungan kemasyarakatan (Wu Lun), yaitu:
1.
Hubungan antara atasan dengan bawahan
2.
Hubungan antara orang tua dan anak
3.
Hubungan antara suami dan istri
4.
Hubungan antara Kakak dan adik
5.
Hubungan antara kawan dan sahabat
Kelima tersebut dapat
terlaksana dengagn prinsip Shong He, yakni Zhong berarti tengah harmonis;
hubungan tersebut dengan tepat, benar, dan sebagaimana mestinya. Sedangkan He
berarti Harmoonis sehingga tidak menimblkan kekacauan.
Supaya manusia dapat berlaku tengah dan
tepat maka wajb dilaksanakan dengan semangat satya dan tepasalira (Zhong Zhu),
yakni “apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah dilakukan dengan orang
lain”( Lun Yu/Sabda Suci XV:24). SeLain itu juga ia harus membantu orang lain
agar bisa tegak dan maj, seperti halnya kitapun ingin menjadi orang yang
berhasil dalam hidup ini
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Agama Khonghucu (Kong
Jiao) yang dikenal di Indonesia pada saat ini, istilah aslinya disebut ‘Ru Jiao’
artinya agama dari orang-orang yang lembut hati, terbimbing dan terpelajar.
Tujuan hidup menurut Khonghucu adalah terciptanya keharmonisan dalam hubungan
antara Tian, alam semesta dan manusia (Tian, di, ren). Oleh karena itu, bagi
para penganut konghucu membina diri (xiu shen) adalah merupakan pokok yang
menjadi dasar utama bagi manusia dalam membina hubungan yang harmonis dengan
sang pencipta, yakni Tuhan Yang Maha Esa, dengan lingkungan alam sekitar, dan
juga dengan sesamanya. Agama Khonghucu bukanlah Agama yang diciptakan oleh Nabi
Kong Zi sendiri, melainkan Agama yang diturunkan oleh Tian melalui para Nabi
Purba (Sheng Huang), Raja Suci (Sheng Huang), dan Para Nabi (sheng Ren) ribuan
tahun sebelum kelahiran Nabi Kong Zi.
Sebutan Tuhan dalam
agama Khonghucu pada umumnya disebut dengan Tian artinya Tuhan Yang Maha Esa. Kitab
Suci agama Khonghucu terdiri dari dua bagian yang dikenal dengan Shi Shu (kitab
yang empat) dan wu jing (kitab yang lima). Peribadahan Dalam Agama Khonghucu Sembahyang
Kepada Tuhan Yang Maha Esa, 1. Sembahyang
Kepada Nabi, Sembahyang Kepada Para Suci, Sembahyang Kepada Leluhur. Rumah
ibadah bagi umat Khonghucu yang pada umumnya disebut Miao (bio, dialek Hok
Kian, pen.) sebagai mana tersurat dalam Kitab Catatan Kesusilaan (Li Ji). Dalam
perkembangannya di Indonesia kemudian rumah ibadah umat Khonghucu ini disebut
‘kelenteng’. Setiap agama memiliki hari raya keagamaannya masing-masing,
demikian pula halnya dalam agama Khonghucu kita mengenal hari-hari raya
keagamaan yang berkaitan dengan persembahyangan atau peribahannya. Berikut ini
adalah hari-hari raya keagamaan dalam agama Khonghucu, Tanggal 1 bulan 1 Yinli:
Sembahyang Tahun Baru Kongzili/Yinli. Tanggal 15 bulan 1 Yinli: Sembahyang Yuan
Xiao atau Cap Go Me, penutupan Tahun Baru Yinli.
DAFTAR PUSTAKA
Liang Mulyadi.Ws, Mengenal Siapa Khonghucu Dan Apa Itu Agama
Khonghucu. Yayasan Makin Harmoni Kehidupan. Depok.2015
Kong Cu Bio. Riwayat Singkat Kongco Xuan Tian Shang Di
& konggo Guan Sheng Di Jun. Khong Cu Bio. Denpasar.2010
terima kasih
BalasHapus